Moga Bunda Disayang Alloh
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Resensi
Novel “Moga Bunda Disayang Alloh”
“Katakanlah,
‘Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati.’ (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (QS Al Mulk: 23)
Sungguh,
ayat ini sangat pas dengan hikmah manis yang tersirat dalam novel ‘Moga Bunda
Disayang Alloh’ buah karya Tere Liye. Novel pertama beliau yang saya baca dan
berhasil menguras air mata. Padahal novel ini sudah lama terbitnya! Sekitar tahun 2006 usai 'Hafalan Sholat Delisa'. Meskipun pada awalnya saya menilai deskripsi beliau
yang acak-acakan, belum memahami makna cerita yang tersimpan. Dari anggapan
biasa menjadi luar biasa mulai terpatri saat melewati bab tengah cerita. Sang
penulis tentunya menggunakan bahasa hati sehingga menyentuh para pembaca.
Beliau terinspirasi oleh kisah nyata Hellen Adams Keller, seorang bocah Alabama
yang mengalami keterbatasan (tunanetra sekaligus tunarungu).
Melati.
Anak kecil semata wayang keluarga Tuan HK yang terlahir dari keluarga mampu
namun kehilangan penglihatan dan pendengaran saat berusia tiga tahun. Ia
memiliki Bunda yang sangat sabar dalam mengasuhnya. Dalam kondisi keterbatasan
itu, sang Bunda hampir berputus asa sebelum kedatangan Karang, seorang pendidik
yang sangat mencintai anak-anak. Pak Guru Karang memiliki masa lalu yang suram
sehingga memutuskan untuk berhenti bergaul dengan anak-anak. Namun demikian,
hatinya mulai tersentuh kembali saat tangan-tangan Melati meraihnya dan membuka
cahaya di hatinya.
Perjalanan
mendidik seorang anak yang mengalami keterbatasan fisik bukanlah sebuah hal yang
sepele. Perlu ada manajemen kesabaran dan ketelatenan dalam menghadapinya. Tere
Liye mampu mengantarkan saya tentang makna kesyukuran lewat hikmah cerita yang
tersajikan dalam novel ini. Bait-bait paragraphnya begitu bermakna, dan piawai
dalam menceritakan kehidupan anak-anak. Di dalamnya ada sejuta warna yang bisa
dipoles. Di dalamnya ada sebuah pelajaran penting tentang perjuangan orang tua
dalam mendidik putra-putrinya hingga masa dewasa. Lewat membaca novel MBDA ini
saya semakin bersyukur, dan semakin mencintai orang tua serta tak lupa mendo’akan
mereka.
Berikut
kata-kata bertenaga yang saya ambil dalam cuplikan novel MBDA:
“Seorang
kanak-kanak lazimnya selalu sebal saat diajari sesuatu yang baru. Normalnya,
setiap manusia selalu membenci proses perubahan. Maka agar proses belajar dan
berubah itu menjadi menyenangkan, dibutuhkan pengertian, komunikasi, dan
penjelasan bahwa proses itu tidak terlihat se-menyebalkan seperti yang
dibayangkan, bahkan menyenangkan dan berguna bagi dirinya sendiri.” (hal.148)
“Dia
mencintai anak-anak, Ryan. Bukan! Bukan karena mereka terlihat menggemaskan,
tapi karena menyadari janji kehidupan yang lebih baik selalu tergenggam di
tangan anak-anak..” (hal.235)
Alhamdulillah,
novel ini saya khatamkan dalam perjalanan dinas di kota Medan dua pekan lalu (08/12)
dan menyisakan kepingan kenangan yang masih membekas saat ini. Untuk sebuah
renungan bagi saya pribadi, bahwa tidak ada satu-pun paket cinta yang luput
dari diri seseorang meskipun dirinya masih berada dalam kondisi keterbatasan karena
Alloh Maha Pengasih dan Penyayang bagi semua makhluk-Nya. Sekali lagi, tak ada
lagi nikmat-Nya yang terdustakan.
Untuk
ayahku yang berada di dunia lain yang tak terjamah, saya selalu mendo’akan,”Semoga
Alloh juga menyayangimu seperti engkau menyayangiku saat masih kecil.” Tak ada
kasih yang tak bisa saya bedakan antara Ayah dan Ibu. Namun, ada seorang
sahabat yang menjelaskan, “Bapak dan Ibu perhatiannya sama besarnya, tapi cara
memperhatikan anaknya yang berbeda. Kalo Bapak penuh dengan kebijaksanaan
sedangkan Ibu dengan kepedulian. Sekarang ini mereka adalah alasan buatku untuk
maju.” Pada akhirnya meski saya tahu, kasih sayang dan tanda baktiku mungkin
tak bisa membalas atas semua yang kalian berikan.
An Maharani
Bluepen
22 Des 2012
Kasih ibu memang tiada tara... Trust it..
iyaa...selalu An percayaaa. . ^_^
aq tu lupa an udah baca apa blm buku ini makanya blm tak masukin GR n blm buka lagi ntu bukunya, krn banyak novel yg antri qeqe
btw naruto fans ni an? :D
:) cieee...antri baca novel,yah, mbak..enaknyaaa...
lagi pengen majang lagunya aja :)
Buku ini sudah saya lihat sejak SMA. Tak pernah tertarik untuk membacanya. Tapi setelah membaca resensi ini saya jadi tertarik..
Saya baru baca karya Bang Tere, Negara di Ujung Tanduk dan Negeri para Bedebah. Dua buku itu membuat saya ingin membaca karya-karya lainnya dari Bang Tere..
salam kenal
Terima kasih, Alhamdulillah jika ada manfaat dari resensi ini :)
iya, salam senyum syukur.. terus tersenyum setiap waktu :)