:: Ar Rahiim :: Episode 2 << Berselancar ke Kota Pelajar


Episode 2: Berselancar ke Kota Pelajar

18 September 2011
Apakah kau mau aku ajak ke kota pelajar, Blue? Badanmu sehat-sehat aja, kn, habis berpanas-panasan dari kota wali kemarin? Bensin sudah dicukupkan untuk sampai tujuan. Bismillah.. Semoga Alloh melindungi perjalanan kita, yaa.. ^^ (omong2an ga jelas ma kendaraan, hehe)
**
jalan khusus buat sepeda motor @ Yogya
Hidup manusia dihadapkan oleh sebuah pilihan. Pilihan untuk menyepi atau membaur satu sama lain. Pilihan untuk menerima tantangan atau jalan pintas yang aman. Bisa pula pilihan yang membuat diri dewasa atau membiarkan pikiran masih seperti kanak-kanak.
Di hari itu, An mengambil pilihan untuk sendiri, menerima tantangan untuk pergi ke kota pelajar dengan mengajak si Blue. Berpergian sendirian tanpa ditemani seorang muhrim adalah bentuk kesalahan An yang mesti dikoreksi (kalau ada apa-apa di jalan, An sendiri yang menanggungnya). Sebenarnya ada pilihan yang lebih aman, menyenangkan dan tidak merepotkan. Naik bus nyaman, cepat dan terbatas. Namun, ada hal yang menghimpit. Penghematan ekstra untuk bulan ini..^^..
Perbandingan naek bus dan kendaraan pribadi ke Yogya:
Bus= 2 @ 35.000 = 70.000 (belum transport keseluruhan, masih harus naek angkot/ taxi jika tersesat)
Motor= 5 liter bensin @ 4500 = 22.500 (udah transport keseluruhan, dan ada sedikit sisa untuk beli oleh-oleh ^^)

Meskipun An tahu hal ini rentan untuk keselamatan, An mencoba untuk menerima tantangan...Siip...meski dengan rayuan, dapet restu dari Ibu untuk pergi ke Yogya untuk naek si Blue.

*Tips berselancar ke luar kota:
periksa kondisi mesin, kebutuhan bensin, lampu motor (nyala/ tidak), oli cukup, masker, sarung tangan, kacamata (bila perlu), dan helm standar. Siapkan bekal makanan, minuman seperlunya (An  membawa air mineral, roti dan pisang). Bekal iman dan doa dalam perjalanan juga perlu stand by, jangan sampai terlewatkan. Kondisi psikis dan jasmani juga perlu dijaga, jangan sampai ngantuk sehingga ndak bisa konsentrasi mengemudi.

Semarang (home)  – Ungaran – Ambarawa – Magelang – Yogyakarta (± 110 km)
Terakhir kali An ke Yogyakarta adalah bulan Juli 2011. Pada saat itu An naek travel untuk perjalanan Rifaskes. Jalur Ambarawa adalah jalan terdekat untuk menuju Yogya daripada melewati Surakarta. An melewati rute yang sama, mencocokkan rute dari temen An yang kuliah di UGM, serta berusaha untuk mengendarai pelan-pelan hingga selamat tujuan. Subhanallah, permata hijau dari perkebunan, pegunungan, pematang sawah, aroma kopi dan rel kereta api adalah pemandangan khas dari kabupaten Ambarawa. Selanjutnya, jalur selatan masih panjang ternyata. Banyak deretan bus dan mobil yang antri menanjak jalanan terjal. Sebagai pengendara kendaraan bermotor, An juga bertindak ekstra hati-hati dengan kecepatan rata-rata 50 km/ jam. Setiba di Kota Magelang, An menemukan banyak jalan datar. Dari Magelang ke Yogya ternyata masih lama juga, hampir memakan satu setengah jam perjalanan.

Ohya, sebenarnya dalam rangka apa sih, perjalanan ke Yogya kali ini? Sampai rela-relain bawa si Blue? Hihi.. An belum cerita, yaa...^^ Semula, berangkat dengan niat lillah untuk menghadiri walimah sahabat An di Semarang. Beliau dosen muda di IAIN Walisongo yang baru saja menikah pada akhir bulan Juli dan mengadakan walimah pada bulan ini. Lalu, niat silaturahiim ke sahabat lama yang sekarang berdomisili di Magelang dan berprofesi sebagai bidan. Alhamdulillah...begitu banyak pengalaman berharga yang An dapatkan dalam perjalanan ini.

Yogya...I’m coming...
kreasi pahatan @ Muntilan
Rehat dalam perjalanan juga diperlukan untuk menjaga stamina agar tetap semangat. An merasa si Blue sudah merasa kelelahan sehingga harus beristirahat sebentar di pomp bensin kawasan Magelang selatan. An juga perlu istirahat dengan air wudhu.. Alhamdulillah, segarnyaa...^^ Perjalanan dilanjutkan hingga menemukan bekas-bekas warisan letusan Merapi, luapan pasir yang melimpah di setiap tepi jalan perbatasan Magelang - Yogya. Banyak kesenian batu-batu yang terpampang rapi di warung sederhana milik perajin batu. Bentuk pahatan yang bervariasi dan sangat kreatif. Selamat datang, Yogya..An kembali padamu...

@ Masjid Agung K.H Ahmad Dahlan, Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Subhanallah...pesta walimah yang rona meriah. Kedua mempelai memakai busana merah marun, berlantaikan karpet merah pula. Mereka menyewa lantai bawah Masjid Agung K.H Ahmad Dahlan yang sangat luas. Usai bersalaman, menyantap hidangan baru ala walimah yang bernama sup Zupa-zupa. Sup rasa ayam bercampur wortel, udang dan keju yang dioven sekitar 15 menit. Rasanya manis, apalagi kalo ditambahi aroma kecap. Yummy..^^
Resepsi berlangsung selama dua jam dan berakhir saat adzan Dzuhur berkumandang. Pertama kali sholat di Masjid KH. Ahmad Dahlan rasanya super adem. Masjid ini berlantai tiga dan masing-masing lantai terdapat tempat wudhunya. Usai sholat, An berbincang-bincang dengan seorang mahasiswa UMY. Kami membicarakan soal aturan hijab muslimah, makna jilbab dan kerudung dalam Al Qur’an. Ada yang bisa membedakan makna keduanya?

Tampak dari arah samping masjid...^^
 berpose di tangga lantai tigaa^^

 tempat sholat bagian ikhwan


Magelang, Kota Harapan
Alhamdulillah...Sekitar jam setengah dua, An beranjak pulang ke Semarang. Sebenarnya bisa aja, sih, maen-maen ke Yogya dulu. Tapi, udah ada janjian silaturahiim dengan Dian, sahabat An di Magelang. Yup. Kangen berat coz udah lama ndak ketemu. Sekarang dia berkerja sebagai bidan di Puskesmas Magelang Selatan. Lagi-lagi membuka peta pikiran, menemukan arah jalan yang benar, dan mengingat-ingat jalur berangkat tadi pagi. Siip.. Malu bertanya, tak tahu jalan! Alhamdulillah, An tiba di lokasi Puskesmas Magelang Selatan tanpa pusing tujuh keliling. Magelang...kota harapan bagi setiap insan yang melintasinya...

Menjadi saksi hidup...
Saat itu Dian lagi bertugas dan ada pasien yang mau melahirkan. Subhanallah, beberapa menit kemudian, kondisi pasien mulai siap untuk melahirkan! Di balik jendela, An menyaksikan fenomena itu dengan takjub. An menjadi saksi hidup kelahiran seorang putera. Pengalaman pertama yang mendebarkan. An turut pula membayangkan perjuangan Ibu An yang melahirkan An secara cesar. Sungguh, tak bisa membayangkan penderitaan beliau, saat perut buncitnya dikoyak-koyak oleh jahitan persalinan.
Jadi ingat pula kisah Maryam saat melahirkan puteranya, Nabi Isa as.
Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata, ‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan’. Maka Jibril meyerunya dari tempat yang rendah, ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak padamu’ (QS Maryam: 22 – 25). Subhanallah, begitu berat perjuangan seorang Ibu melahirkan, sampai-sampai ingin mati rasanya...Namun berkat kasih sayang Alloh, rasa keoptimisan dan kekuatan Ibu bisa mengeluarkan anaknya dengan selamat.

Dalam detik-detik genting, sang ibu meronta-ronta kesakitan saat bukaan ke ‘sepuluh’. Seluruh tenaga ia keluarkan dalam persalinan normal ini. Sang suami mendampingi setia di samping isteri dan memberikannya semangat. Alhamdulillah, tangisan bayi mulai terdengar. Bayi lahir bertepatan dengan adzan Ashar berkumandang. Proses melahirkan yang begitu cepat tanpa hambatan. Sang Ibu terlihat begitu lega ketika melihat sosok puteranya yang baru saja lahir. Ari-ari bayi dilepaskan oleh Bu Bidan beserta asistennya, Dian. Kemudian, sang ayah mengumandangkan adzan di dekat telinga puteranya. Tak disangka, isterinya melahirkan bayi laki-laki untuk kedua kalinya. Ucapan syukur tak terkira keluar dari mulutnya.
An menemani putera pertama pasutri itu di depan ruangan bersalin. An ajak berkenalan, namun anaknya masih malu-malu ma orang asing di hadapannya. Hehe.. Senang, ya, dek, punya adik baru.
**
Telepon berdering usai persalinan. Ternyata, dapat panggilan dari Ibu dan beliau sangat mengkhawatirkan kondisi perjalanan An dari Semarang ke Yogya. :D Beliau meminta buah tangan dari Yogya dan berpesan untuk selalu hati-hati di jalan serta waspada jika hujan turun...

Episode 3 >> Izinkan Aku Menangis karena Bahagia <<
24 September 2011
To be continued....

An Maharani Bluepen
28 September 2011



Read Users' Comments (0)

0 Response to ":: Ar Rahiim :: Episode 2 << Berselancar ke Kota Pelajar"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver