Kisah sang Ulat


Bismillah....
[jejak 22]
PR buat satu tahun ke depan...
Yap, perjalanan ulat itu masih jauh untuk menjadi sebuah kepompong. Sebuah kesabaran yang membutuhkan proses panjang. Saat ini, sang ulat sedang dalam fase makan yang tidak habis-habisnya. Daun-daun tempat hinggapnya lama-lama menjadi separuh dan tidak tersisa lagi. Tubuh sang ulat bergeliat-liat ketika tertimpa sinar matahari. Rupanya Pak Matahari sedang menyapanya hari ini. Senyum ulatpun merekah, menerima ramah tamah kehadiran Pak Matahari. Namun apa daya tubuh yang masih lemah ketika harus menerima sinar Pak Matahari..Sang ulatpun bersembunyi di tempat yang teduh, sembari mencari daun hijau yang segar. Satu persatu teman sang ulat meninggalkannya. Tak tahu entah ke mana mereka pergi. Jejak mereka tidak berbekas. Sang ulatpun kini hidup sendiri di batang pohon yang tua itu. Yap, dia sangat merasa sendiri...Pernah suatu ketika dia bertanya kepada Tuhan, “Wahai Sang Maha Pencipta, ketika aku bermetamorfosa nanti, apakah kau akan memberikan kawan dalam kehidupanku selanjutnya? Fase kepompongku sebentar lagi, Tuhan...Cukupkah kesabaran yang kumiliki saat ini? Tuhan, berilah aku kekuatan dalam proses perubahan nanti...”

Sang ulat berdoa pelan dalam hatinya. Ia berharap ia bisa berubah menjadi kepompong untuk belajar tentang kesabaran serta menemukan sahabat sejati dalam hidupnya nanti. Ya, sebuah kesabaran yang membutuhkan proses panjang saat menjadi fase kepompong.

Tuhan sang ulat mengabulkan permohonannya. Minggu berikutnya sang ulat berubah menjadi kepompong. Suatu masa yang dirindukannya. Tubuh sang ulatpun berubah menjadi balutan-balutan benang putih hingga menutupi seluruh permukaan tubuhnya. Di fase ini, dia benar-benar belajar tentang kesabaran. Ya...belajar tentang arti kesabaran. Fase makannya berubah menjadi fase puasa. Dia tidak makan dan minum atau tergoda dengan rayuan daun hijau. Dia hanya berdzikir kepada Tuhan-Nya, menikmati perubahan bentuk hidupnya yang sebentar lagi memberikan warna di alam sekitarnya. Sang ulat yang berubah menjadi kepompong itu merasa kuat untuk bertahan, dia tidak rapuh sedikitpun ketika harus menghadapi angin badai yang siap menerjangnya. Dia yakin bahwa Tuhan-Nya akan selalu menolongnya saat dia belajar tentang kesabaran. Ya, dia sangat yakin akan janji Tuhan-Nya. Sebuah janji Tuhan-Nya yang manis................

An Maharani Bluepen
230211
22:44

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Kisah sang Ulat"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver