I.S.T.I.K.H.A.R.A.H

Selalu Istikharah...

Pernahkah mendapatkan kesulitan ketika memilih dari beberapa alternatif? Yap, terkadang manusia menghadapi ujian hidup yang harus diselesaikan dengan alternatif penyelesaian yang tepat. Sejauh mana dia berusaha untuk menyelesaikan problema hidupnya, Insya Alloh, Dia Sang Maha Petunjuk akan memberikan jalan keluar ketika hamba-Nya selalu berserah diri kepada-Nya...

Yap, menanggapi pertanyaan dari adik-adik yang menanyakan tentang prinsip mengambil keputusan yang tepat, istikharah adalah salah satu alternatif yang diajarkan oleh Islam. Istikharah bukan hanya berbicara tentang masalah jodoh, melainkan segala urusan yang berkaitan dengan pilihan hidup manusia. Misalnya saja, ketika sulit mengambil pilihan peminatan/ jurusan/ fakultas/ universitas, pilihan judul skripsi yang menyerap otak atau masalah penempatan karir yang belum menentu. Berhubung saya belum begitu menguasai tentang istikharah, artikel tentang istikharah ini saya unduh dari ahli atau narasumber yang sudah menyampaikan,yaa...OK...Semoga bermanfaat...^^

Shalat istikharah dilakukan untuk meminta taufik (pertolongan) dan kemudahan kepada Alloh. Jabir bin Abdullah r.a berkata, “Rasulullah Saw mengajari kami Istikharah (shalat untuk meminta pilihan) dalam semua perkara, sebagaimana beliau mengajari kami surat Al Qur’an. Rasulullah Saw bersabda, “Apabila salah seorang dari kamu berkepentingan terhadap sesuatu urusan (menghadapi urusan penting) maka hendaklah ia melakukan shalat dua rakaat yang bukan shalat fardhu, kemudian dia berdoa:

Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon pilihan berdasarkan ilmu-Mu, memohon ketentuan berdasarkan takdir-mu, dan memohon karunia-Mu yang amat besar itu. Sesungguhnya Engkaulah yang mampu menentukan sedang aku tak mampu menentukan. Engkaulah yang mengetahui sedang aku tak mengetahui dan Engkaulah yang paling Mengetahui hal-hal yang gaib. Ya Alloh, jika menurut pengetahuan-Mu urusan ini (sebutkan urusannya) baik bagiku, baik bagi agama, kehidupan dan kesudahan urusanku ini, sekarang, dan kemudian maka mudahkanlah aku untuk menggapainya dan berkahilah aku di dalamnya. Tapi jika menurut pengetahuan-Mu urusan ini tidak baik bagiku, bagi agama, kehidupan dan kesudahan urusanku ini, sekarang dan kemudian, maka palingkanlah aku darinya dan palingkanlah ia dariku. Takdirkanlah bagiku hal yang baik di mana saja yang baik itu berada, kemudian ridhoilah aku karenanya [H.R Ar Tirmidzi]’

Maksud istikharah ini agar hamba bertawakal kepada Alloh dan menyerahkan urusannya kepada-Nya untuk dipilihkan yang baik di manapun ia berada. Akan tetapi, tawakal dan penyerahan ini tidaklah benar sampai seseorang berusaha keras mencari kebaikan itu sesuai usahanya, kemudian dia kembali kepada Alloh Swt yang Maha Mengetahui lagi Maha Mahakuasa, meminta kepada-Nya agar dimudahkan bila urusan itu baik untuknya atau meminta dipalingkan darinya bila urusan itu tak baik untuknya. 

Setelah istikharah, seseorang harus melakukan urusannya tanpa menunggu mimpi, kelapangan dada, atau menunggu datangnya ilham lewat peristiwa tertentu karena yang demikian itu tidak terdapat dalam hadist. Bahkan, hal itu bisa menjadikan kebimbangan. Sebuah mimpi itu bukan dalil, kecuali mimpi dari para nabi yang merupakan wahyu. Sesuai firman Alloh dalam Q.S 48 Al-Fath: 27
Sesungguhnya Alloh akan membuktikan Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya.
Jika pemimpi itu orang shaleh, kebaikannya menonjol dan senantiasa memegang teguh berbagai kewajiban Islam, maka impiannya menunjukkan bahwa dia orang shaleh. Namun impiannya tidak boleh dijadikan dalil syara’ dan menjadi landasan utnuk berbuat dalam bidang hukum. Jika kebaikannya tidak menonjol, mimpinya tidak perlu diperhatikan. Well, tetaplah dalam kondisi berbaik sangka kepada Alloh. Jangan jadikan mimpi itu satu acuan yang menentukan kemantapan dalam langkah anda. Lagipula, mimpi itu sangat mungkin disisipi oleh kepentingan syaithan. So, sebaiknya teruslah beristikharah dan segera mengambil sikap, mana di antara dua pilihan yang mau diambil.

Idealnya, ibadah istikharah yang dilakukan, bukanlah ibadah yang instan dan serba tiba-tiba karena saat ini Anda sedang membutuhkan Alloh maka anda shalat istikharah. Istikharah akan sangat bermakna bila pelakunya telah terbiasa melakukan ketaatan kepada-Nya, terbiasa dalam kedekatan dan berusaha untuk menetapi hari-harinya untuk mendatangi ridha-Nya.
Istikharah juga bukan pembenaran terhadap keinginan pribadi yang sudah mendominasi diri. Oleh karena itu, jangan mendikte Alloh, karena Alloh tak bisa didikte atau dipengaruhi. Dengan shalat istikharah, kita dituntut untuk memasrahkan apapun urusan kita sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Maka melepaskan subjektivitas, egoisme diri, dan keuntungan duniawi tentu lebih bermakna bagi istikharah yang telah dilakukan daripada istikharah sebagai pembenaran terhadap pilihan diri yang sudah terlanjur diambil.

Source:
Widiarti A. Tak kenal maka Ta’aruf. Surakarta: Era Adicitra Intermedia; 2010.
Rewrite by:
An Maharani Bluepen
270311-06:40-


Read Users' Comments (0)

0 Response to "I.S.T.I.K.H.A.R.A.H"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver