Surel untuk Ayah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Bumi Allah, 24 Juni 2014


Assalaamu'alaykum warahmatullah wabarakatuh..
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, bersama para sahabat dan keluarga hingga kita mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak. Salam cinta untukmu, Yah. Lama tak menyapamu lewat tulisan. Aku kangen. Benar-benar kangen. Semoga rasa rinduku ini tersampaikan di tempatmu berada, yaa. Kita sudah tak bisa bertatap muka lagi. Komunikasiku untukmu hanyalah dalam bentuk do'a. Aku percaya Allah Maha Mendengar do'a-do'aku. Semoga engkau selalu dalam rahmat dan kasih sayang-Nya. Aku berharap diriku bisa menjadi penggugur dosa-dosamu sewaktu di dunia. Aku berharap bisa menjadi anak yang berbakti dan sholehah untukmu.

Yaa.. Sholehah..!
Aku berharap bisa menjadi perhiasan dunia yang paling indah dengan menjadi wanita yang sholehah. Aku tak bosan untuk belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari sebelumnya. Aku tak bosan memperbaiki diri, Yah. Meski aku tahu, begitu banyak ujian yang aku hadapi. Aku pernah menangis. Aku hampir putus asa. Berkat kekuatan dari Allah, aku mampu berdiri lagi, merangkaikan mimpi, menjadi seseorang yang bermanfaat lewat profesi yang kujalani saat ini. Allah memberikan kesempatan kepadaku, namun aku selalu terlambat menyadarinya. Allah memberikan kasih sayang-Nya lewat ujian yang aku hadapi. Ya. Aku berubah menjadi sosok yang lebih kuat. Tidak mudah rapuh lagi. Aku semakin bersyukur atas apa yang aku terima saat ini. Bukan mengeluh atas apa-apa yang belum aku miliki, yang belum aku raih...

Ayahku tersayang..
Aku tak ingat bagaimana kau menyentuhku, namun aku percaya kau begitu menyayangiku. Lewat foto masa lalu saat kau menggendongku mesra. Aku tak akan melupakan hari kelahiranmu. Ayah dan Mama lahir pada bulan yang sama. Bulan Juni selalu menjadi bulan yang penuh kenangan bagiku. Begitu pula dengan Ayah tiriku. Beliau lahir juga pada bulan Juni. Begitu pula dengan teman-temanku, mereka ada yang menikah dan melahirkan pada bulan Juni. Begitu pula dengan diriku. Aku melewati masa bahagiaku di bulan ini. Meski sebentar, namun meninggalkan jejak kenangan yang sulit dilupakan.

Ayahku tersayang..
Aku adalah putrimu yang sangat lugu. Meski sudah memasuki usia seperempat abad, aku masih bersikap manja dengan Mama. Setiap hari. Tak pernah absent. Aku bahagia karena masih menemani Mama hingga masa senjanya. Aku bersyukur karena diberi kesempatan untuk berbakti kepadanya. Coba bayangkan dengan sahabat-sahabatku yang merantau ke Ibukota, jauh dari orang tua. Sedangkan aku? Maka Nikmat Tuhan manakah yang aku dustakan? Cukup bodohnya aku, bila pernah membuat Mama kecewa. Padahal, beliau tak pernah putus mendo'akanku. Mendo'akan untuk kebaikanku, kesehatanku, keselamatanku, rezekiku, dan jodohku saat sepertiga malam. Do'a-do'a beliau selalu menjadi mustajab, selalu Didengar oleh Sang Maha Kuasa. Beliau selalu menasehatiku tentang kesabaran dengan memberikan tauladan dalam kehidupannya. 

Ayahku tersayang...
Aku semakin bersyukur dengan kondisi sekarang. Aku diberi nikmat perkerjaan dengan rezeki yang lapang, sesuai dengan kapasitas ilmuku, tidak mengganggu penampilanku sebagai seorang muslimah. Yaa. Insya Allah, aku masih istiqamah untuk berjilbab secara syar'i, menjaga perilaku di lingkungan kantor yang heterogen, tetap menjaga shalat lima waktu. Aku tak habis berpikir jika alasan profesi menyebabkan seseorang untuk tidak menutup aurat. Padahal itu sudah menjadi kewajibannya. Mereka sudah tahu kewajiban itu, tetapi selalu ada yang mengganjal mereka untuk berhijab. Berpuluh-puluh alasan yang menyatakan belum siap. Ada-pun yang sudah berjilbab, masih menutupnya sesuai mode trend saat ini. Aku tak berkesimpulan bahwa aku lebih baik daripada mereka. Aku tak boleh memiliki perasaan itu. Aku selalu mendo'akan mereka supaya mereka diberi hidayah oleh Allah SWT. Do'a seorang mukmin yang tidak diketahui oleh mukmin lainnya akan diijabah, kan, Yah?


Ayahku tercinta..
Engkau lelaki teduh pertama yang menyayangiku. Kasih sayangmu seputih mutiara.. sehangat mentari.. seluas samudera. Aku tak mencoba berhiperbola atas apa yang telah engkau beri. Namun, ada lelaki pertama yang mendahuluimu untuk mencintaiku. Beliau adalah Rasulullah SAW. Aku baru menyadarinya saat mengikuti kajian keislaman. Dalam akhir hidup Rasulullah SAW, beliau memikirkan umatnya dengan menyebut sebanyak tiga kali. Ummati..Ummati..Ummati.. Beliau adalah teladan mulia sepanjang zaman... Seberapa besarkah rasa cintaku kepada Rasulullah SAW dibandingkan aku mencintaimu? Aku tidak pernah mengukurnya. Setelah aku tahu bahwa cinta Allah dan Rasul-Nya adalah yang lebih utama daripada cinta kepada orang tua, aku baru mencintaimu kemudian. Aku mencari-cari.. bukti cinta apa saja yang telah aku beri? Yaa.. Mengikuti sunnah dan memperpanjang shalawat bisa menambah kapasitas cinta untuk Rasulullah SAW. Aku masih berusaha untuk menjadi umatnya yang baik. Saat ini banyak golongan yang secara terang-terangan membenci Islam. Aku sungguh sedih, Yah. Mereka banyak yang terhasut dan pecah menjadi golongan ini dan itu. Mereka menganggap sebagai kelompok yang paling benar, mengganggap kelompok yang lain adalah keliru, bahkan mengkafirkan saudaranya sendiri dan terjerumus dalam aliran sesat. Di sisi lain... Banyak umat yang mengakui cinta kepada Rasulullah SAW, namun mengapa tidak berinteraksi dekat dengan Al Quran dan mengikuti sunnahnya? Banyak umat yang mengakui cinta kepada Rasulullah SAW, tapi mengapa mereka memusuhi saudaranya sendiri?

Ayahku tercinta...
Sebentar lagi, Insya Allah (H-5) bulan suci telah tiba. Bulan Ramadhan yang penuh keberkahan akan mengisi hari-hariku. Aku berharap Ramadhan ini lebih baik dan lebih bermakna dari tahun sebelumnya. Semoga bukan menjadi Ramadhan yang terakhir dalam hidupku. Aku ingin menjemput malam-malam yang penuh dengan kemuliaan. Aku ingin membuka lembaran catatan kehidupan yang lebih baik. Semoga Allah Meridhoi langkah-langkahku. Aamiin yaa rabbal'alaamiin.
Wassalaamu'alaykum warahmatullah wabarakatuh

Surat elektronik untuk Ayah,
dari An Maharani Bluepen

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Surel untuk Ayah"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver