Senyuman Perempuan

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Bukan karena kebahagiaan yang membuatnya tersenyum, namun perempuan itu tersenyum karena ingin berbahagia. Berbahagia dengan kondisinya saat ini. Segala nikmat yang tak bisa terukur dengan materi. Segala bentuk peristiwa yang membuatnya semakin dewasa. Sungguh, Tuhan menghadirkan sesuatu yang menguatkan di hadapannya.

Saat itu perempuan berada di dalam Rumah Sakit. Ia melihat orang berlalu-lalang, mengantri panjang di ruang pemeriksaan, dan mengambil resep obat di ruang tunggu. Perempuan itu mengamati orang-orang sakit dengan seksama. Kemudian perempuan memegang denyut jantungnya yang normal, memegang panca inderanya yang utuh, lalu merasakan pernafasan yang normal. Ya. Fisik hidupnya masih terbilang sehat, tanpa kekurangan satu-pun. Namun tidak untuk hatinya. Sebuah perasaan yang terluka karena perbuatannya sendiri. Ia sungguh tak mengerti, mengapa cobaan itu datang menghampirinya dua kali. Ia belum bisa mengambil pelajaran dari peristiwa pertama sehingga terperosok ke jurang yang lebih dalam lagi.

*****
Di sela-sela sakit hatinya, perempuan itu tak ingin berhenti aktivitas. Ia terus berkerja untuk menghilangkan kesedihan. Ia memulihkan diri sambil berkunjung dinas di Rumah Sakit itu. Yaa. Sebetulnya Tuhan ingin menghiburnya lewat orang-orang sakit yang ditemuinya. Perempuan itu pun tersenyum ketika menyadari bahwa Tuhan masih memberikannya kekuatan. Ia belajar dari orang-orang yang sakit yang masih tersenyum lebar kepadanya, memberikannya sebuah harapan. Ia merasa tidak sendirian lagi. Banyak orang yang bisa melalui ujian sakit dengan 'kesabaran' bukan dengan 'omelan'.

Dalam kesempatan lain....

Perempuan itu belajar dari sosok bersahaja di depannya. Sosok itu adalah rekan kerjanya yang berusia lebih dari setengah abad. Asam garam kehidupan telah dilalui rekannya dengan baik. Perempuan mendapatkan cerita yang merupakan nasihat untuk dirinya sendiri. Rekannya bersedih karena kakak lelakinya dalam kondisi kritis karena sakit komplikasi (gagal ginjal sebagai sakit utamanya). Rekan kerjanya adalah seorang dokter, kakak lelakinya juga seorang dokter. Namun apalah arti sebuah profesi, jika sudah diserang sakit mematikan?

Rekan perempuan mampu mengolah rasa 'kesedihan' pada tempatnya. Ia tidak memancarkan 'kesedihan' di hadapan khalayak umum. Sungguh, hal yang berat bagi perempuan untuk berpura-pura ceria saat kondisi sedang sedih. Namun, rekan kerjanya mengajarkan hal kecil yang bermakna tersebut. Perempuan itu mengenal arti sebuah 'keikhlasan' dalam menerima ujian.

Rekan kerja hanya menceritakan sepenggal kisah masa lalunya kepada perempuan. Dulu, putra kebanggaannya juga memiliki riwayat sakit yang serupa. Menderita gagal ginjal seperti kakak lelakinya. Penyakit itu merenggut nyawanya dalam usia dua puluh tiga tahun, saat mau ujian skripsi. Saat ini, kondisi kakak lelakinya yang mengalami penyakit serupa juga di ujung tanduk. Segala macam peralatan telah dipasang untuk menopang nyawanya. Sungguh, dibutuhkan usaha yang hebat hanya demi sirkulasi metabolisme (ekskresi) tubuh.

Perempuan itu akhirnya tak bisa menahan tangis. Ia sungguh bersyukur atas nikmat kesehatan yang didapatkannya selama ini. Buang air kecil yang merupakan rutinitas sehari-hari adalah nikmat yang perlu disyukuri. Begitu pula dengan buang gas sebagai bentuk sirkulasi tubuh yang normal. Perempuan kurang menyadari hal-hal kecil tersebut sebagai nikmat sehat yang luar biasa.

Kali ini, perempuan itu semakin berempati. Tak tahu bentuk ucapan apakah yang bisa menguatkan rekan kerjanya yang separuh baya tersebut. Ia justru mendapatkan 'kekuatan' dari rekan kerjanya yang sedang mengalami musibah tersebut. Bahkan, saat kakak lelaki rekan kerja perempuan itu telah meninggal, ia hanya mampu mengucapkan belasungkawa, sekaligus mendo'akan agar keluarganya diberi kekuatan.

Masih pantaskah jika kesedihan itu terus dirasakan sepanjang waktu? Perempuan itu menertawakan kesedihannya sendiri. Sungguh tak pantas jika berlarut-larut dalam kesedihan. Cukup sudah untuk melampiaskan kesedihan dengan air mata. Cukup sekali. Tidak perlu dilanjutkan di keesokan hari. Perempuan hanya membutuhkan senyuman, untuk menguatkan hatinya, untuk mencerahkan, untuk melanjutkan kehidupan selanjutnya. Hidup akan terlalu singkat jika diisi dengan kesedihan, bukan? Isilah dengan senyuman yang bisa menciptakan kebahagiaan itu sendiri di saat musibah datang :)

An Maharani Bluepen
10 Oktober 2014

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Senyuman Perempuan"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver