Semangat Totalitas
S.E.M.A.N.G.A.T
T.O.T.A.L.I.T.A.S
Pernahkah melihat kumpulan petani yang
berkerja keras menantang matahari? Dengan otot tangan, mereka mampu memelihara
padi hingga masa panen tiba. Atau lihatlah perjuangan ibu sekitar kita. Mereka
mampu mengorbankan waktu tidur dan makan dengan kasih sayang yang luar biasa.
Tak ada kamus kenal lelah, apalagi pantang menyerah. Sepanjang pagi mengasuh
tanpa peluh, sepanjang siang dan malam selalu terjaga. Entah menggantikan popok
yang basah, atau memberikan ASI di bibir mungil anaknya. Kalo kata kakak An,
sih, “Beginilah, Nia, kamu bisa merasakan langsung beratnya perjuangan ibu saat
kamu memiliki seorang anak.”
Selain itu, lihat juga perjuangan Ayah
yang memeras keringat hingga akhir senja. Di sela-sela kelelahannya, ia mampu
menghibur dan mendidik anak-anaknya dalam belajar. Kadang sulit juga menghadapi
anak yang malas belajar. Justru di sinilah kesabaran orang tua diuji. Apakah
mereka mampu mentransferkan bahasa ilmu dengan cara bijak tanpa penuh emosi di
dalamnya? Ancaman yang diberikan mungkin bisa ampuh buat anak rajin belajar.
Tapi, bandingkanlah jika sisi pengertian yang diberikan kepada anak. Anak akan
memahami kondisi apa alasannya untuk semangat belajar. Niat belajar akan
berganti haluan menjadi sebuah kebutuhan yang penting.
Perjuangan tanpa totalitas di dalamnya
akan menimbulkan gerakan tanpa arah yang jelas. Kenapa bisa demikian? Jika pekerjaan
(amanah) yang tidak bisa terbagi secara bijak, maka tidak akan menghasilkan
output yang optimal. Hal ini karena manajemen waktu yang semrawut sehingga
menjadikan pekerjaan yang dilakukan menjadi tidak fokus. Coba bayangin, deh,
jika pekerjaan petani merangkap menjadi buruh bangunan di tepi sungai. Atau
bayangin saja, pekerjaan ibu yang merangkap menjadi wanita karir atau
sebaliknya, pekerjaan ayah yang merangkap menjadi ibu. Pasti keduanya akan
merasa keberatan. Butuh yang namanya tenaga ekstra untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Salah sedikit saja, sisi bangunan yang satu akan mudah rapuh.
Totalitas bisa juga berarti ketika
seseorang melakukan pekerjaan sepenuh hati (kesungguhan), bisa mengatur waktu
(disiplin) serta konsisten terhadap keputusan yang diambil. Dengan totalitas,
seseorang tidak akan mudah terpengaruh terhadap serangan kemalasan atau
kegalauan. Apalagi jika didukung oleh dorongan motivasi serta passion jiwa yang menambah energi totalitas
semakin melejit. Dalam QS Alam Nasyrah: 7-8-pun dijelaskan, “Maka apabila kamu telah selesai (urusan), maka
kerjakan urusan lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah kamu berharap.”
Sekali lagi, totalitas adalah
alternatif jalan untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup. Apapun
peran yang kita miliki saat ini, selipkanlah semangat totalitas dalam setiap
pekerjaan. Semoga, segala tantangan bisa dihadapi dan putaran waktu bisa
dilalui dengan aktivitas yang bermanfaat dan penuh cinta di dalamnya.
An
Maharani Bluepen
Nusa Indah, Bogor
16 Rabiulakhir 1433 H
0 Response to "Semangat Totalitas"
Posting Komentar
Thanks for reading
^________^