I.S.T.I.Q.O.M.A.H


ISTIQOMAH

Pada awalnya semua orang bangga dengan pilihannya, tapi pada akhirnya tidak semua orang setia pada pilihannya. Saat ia sadar bahwa yang dipilih mungkin tidak sepenuhnya seperti apa yang diimpikannya. Karena yang sulit dalam hidup ini bukanlah memilih, melainkan bertahan pada pilihan yang diambil. Sedikit waktu mungkin sudah cukup untuk menentukan pilihan, tapi untuk bertahan pada pilihan tersebut bisa jadi harus menghabiskan sisa usia yang dimiliki. Seperti itulah satu kata yang begitu mudah diucapkan namun berat diamalkan, “ISTIQOMAH”

[Nice quote from Mentor Sahabat An]

Pernahkah mengambil suatu pilihan sulit dan harus konsisten terhadapnya?

Dulu, ketika saya berhijrah menggunakan pakaian muslimah, beberapa cobaan datang untuk menggoyahkan komitmen saya. Yaa. Seperti biasanya, iblis memang lihai dalam menggoda manusia dari segala arah yang tidak disangka-sangka. Bahkan, niat baikpun bisa terkotori ketika manusia menganggap dirinya sudah melakukan kebaikan, sehingga perasaan riya’ akan amal kebaikanpun tak disadari menguasai diri.

Masa SMA adalah masa awal metamorfosis saya untuk menjadi muslimah. Pada saat itu, saya bernazar kepada Sang Khalik, jika Alloh memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar di sekolah negeri yang favorit di kota ini, saya ingin berkomitmen menggunakan jilbab, pakaian muslimah sejati. Alhamdulillah...Keinginan saya pun terpenuhi dan harus melaksanakan komitmen itu dengan sepenuh hati.

Dalam pelaksanaanya, tidak semudah apa yang dipikirkan. Saya harus melawan arus globalisasi modern yang belum akrab dengan trend pakaian muslimah seperti saat ini. Ketakutan saya pun masih merajai, “Sanggupkah saya menjadi seorang muslimah sejati?”. Kebingunganpun sempat terlintas, “Bagaimana caranya? Saya masih bocah ingusan yang belum memahami akan syariat apalagi fikih seorang wanita. Tapi saya tahu betul kewajiban seorang muslimah adalah menutupi auratnya, seperti yang dijelaskan dalam Al Qur’an. Kenapa masih ada rasa ketidaksiapan itu? Apakah saya takut dibilang munafik jika perbuatan saya masih jahiliyah ketika menggunakan pakaian muslimah?” Beribu-ribu pertanyaan menghantui pikiran saya. Saya masih belum pantas untuk mengenakan pakaian muslimah ini. Ingin rasanya meninggalkan komitmen itu, tapi ada satu hal yang menguatkan saya untuk bertahan, yakni mengingat waktu kematian....

Saat mengingat mati, saya seperti berdiri di depan pintu neraka, untuk menyerukan tobat kepada Illahi. Apakah tobat saya didengar, ketika saya mengingkari janji mulia kepada Alloh SWT? Bukankah Alloh telah memberikan kesempatan kepada saya untuk segera berhijrah? Menuju proses metamorfosis yang sesungguhnya? Biarkan rasa ketakutan itu merajai, namun untuk melaksanakan komitmen tidak boleh goyah. Saya tidak boleh menyerah.

Bismillah.
19 Juli 2004

Hari pertama menggunakan jilbab ke sekolah. Dimulai dari apel pagi penyambutan masa orientasi siswa. Pakaian seragam abu-abupun sudah mulai dikenakan. Anehnya, saat mengenakan jilbab, saya tidak merasa gerah sama sekali. Sinar pagi yang terik membakar kulit wajah saya, namun menyejukkan jiwa saya. Saya sangat bersyukur. Keberanian saya untuk menggunakan jilbab ke sekolah akhirnya terlaksana juga. Saya lihat barisan dalam kelas saya, hanya dua orang yang menggunakan jilbab. Selain saya, ada seseorang yang belum saya kenal. Namun untuk tiga tahun kemudian, dia menjadi sahabat akrab saya. Dia menemani saya dalam rute ujian sekolah dan ujian nasional dengan akhir yang membahagiakan. Kami lulus dengan hasil yang memuaskan dan bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi dengan mendapatkan beasiswa.

Untuk menjadi seorang muslimah, ternyata memang tidak mudah. Perlu langkah-langkah yang strategis, agar niat komitmen dalam hati tidak goyah. Perubahan adab berpakaian, berbicara dan bertingkah laku pun saya lakukan secara bertahap. Misalnya saja, seorang muslimah tidak boleh berpakaian terlalu ketat sehingga lekuk tubuhnya keliatan. Dalam berjilbabpun, rambut tidak boleh terlihat transparan sehingga jilbab yang dikenakan menutup aurat tubuh sebaik mungkin, paling baik menutup sampai dada. Adab berbicara pun perlu diperhatikan, jangan terlalu keras dan terlalu mendayu-dayu.

Awal metamorfosa saya saat SMA masih berantakan dan perlu perbaikan saat kuliah. Pada saat SMA, masih banyak ilmu tentang fikih wanita yang belum saya ketahui. Saya pun tidak tahu alasan kenapa pada saat SMA, ada seorang teman lelaki yang menolak barengan naik sepeda motor. Lalu, kenapa seorang wanita harus menjaga hijabnya supaya tidak menjadi sumber fitnah. Alasan menutup aurat, termasuk memakai kaos kaki dan pakaian yang longgarpun saya lakoni sejak kuliah. Yaa. Sebuah perubahan yang sangat berarti. Tanpa sikap istiqomah, semua perubahan itu hanya sikap semu yang mudah dihinggapi sifat menyerah.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Alloh SWT” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; bergembiralah kamu dengan (memperoleh) Surga yang telah Dijanjikan Alloh kepadamu. [QS 41:30]”
 
Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thoo’atika
wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menta’ati-Mu

Bagaimana proses metamorfosis istiqomah Anda?
An tunggu feed backnya, yaa...
An Maharani Bluepen
240511 – 04:02 –



Read Users' Comments (0)

0 Response to "I.S.T.I.Q.O.M.A.H"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver