Cerita Joko


Hati Raja Togel

Siang dan malam menjadi pergantian waktu yang kontras bagiku. Meskipun demikian, aku tetap menganggap bahwa ini adalah skenario Alloh yang indah, tanpa luput dari sebuah hikmah. Di balik kesibukanku sebagai kurir di perusahaan jasa pengiriman, aku mengajar madrasah TPQ yang berada di lingkungan RW. Walaupun berstatus “ustadz” baru, anak-anak desa menaruh perhatian padaku. Mengobati luka batinku dengan kelucuan mereka.

Aku terluka saat ayah mengambil pilihan jalan yang menurutku salah. Sudah beberapa kali ku ingatkan, bahwa perbuatan itu haram untuk dilakukan. Tapi hati Ayah sepertinya sudah tertutup rapat untuk menerima kebaikan. Pada saat itu Ayah di-PHK. Rasa frustasi mengurungi hatinya hingga keputusasaaan merajai. Tak ada penghasilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Tinggal aku sebagai penompang, pengganti posisi Ayah untuk berkerja. Aku montang-manting mencari pekerjaan sampai ke Semarang, mengikuti test PERTAMINA bersama Gandita, sahabat karibku. Namun, nasib mujur tak bisa ku raih. Hanya Gandita yang berhasil lolos hingga menjadi staf saat ini. Aku mencoba untuk mencari pekerjaan lain. Hasilnya tetap nihil. Aku belum diberikan kesempatan untuk berkerja. Hati Ayah semakin miris. Akibat terbujuk oleh tetangga dekat, saat ini Ayah menjadi salah satu bandar togel di desaku.

Togel adalah permainan angka yang sarat akan nilai perjudian. Banyak orang yang mengambil jalan pintas kekayaan melalui permainan ini. Bahkan ada yang sampai ketagihan karena dewi fortuna belum berpihak kepadanya. Ataupun orang yang pernah menang, keinginan untuk bermain togel semakin besar dan berubah menjadi kebiasaan.

“Pak, aku pasang dua nomor digit terakhir untuk pasang uang seribu,” ungkap salah satu suara yang kudengar saat orang-orang berkumpul untuk bermain togel di ruang tamu. Ada juga yang memasang uang sampai lima puluh ribu dengan jumlah angka yang berbeda. Semakin besar uang yang dipasang dan tebakan angkanya benar, maka akan semakin besar uang diraih oleh pemain togel. Pernah juga pemain togel mengalami kekecewaan saat tebakan angkanya meleset dari perkiraan. Hal itu terjadi berkali-kali namun mereka masih merasa belum beruntung dan masih haus untuk bermain togel lagi.

Tak terasa sudah tiga bulan usaha togel Ayah berkembang sangat pesat hingga Ayah mendapatkan sebutan “Raja Togel” di lingkungan desaku. Aku semakin khawatir, tak bisa mengontrol diri Ayah. Beliau saat ini sudah semakin jauh dari-Nya. Tak lagi sholat lima waktu, apalagi berjamaah denganku. Bahkan shalat Jum’at saja ditinggalkan beliau begitu saja. Aku beristigfar dalam hati. Dunia togel meruntuhkan keimanan Ayahku.

Detik-detik Ramadhan telah tiba. Namun usaha togel Ayah masih “menjamur” dan tak kenal waktu. Jika dulu aktivitas togel dilakukan malam hari, saat ini sudah menjelang sorepun sudah dimulai. Kadang aku malu terhadap diri sendiri. Mengapa Ayahku bisa seperti ini? Astagfirullah. Hatiku pun terkotori karena rasa malu itu bukan karena Alloh, namun malu karena cibiran tetangga atas kondisiku yang sangat kontras dengan ayahku. Pernah aku mendengar sekilas cibiran mereka,

”Ibu tahu guru ngaji baru yang bernama Joko itu? Ayahnya seorang bandar togel, lo, Bu. Saya jadi takut kalo anak saya diajar mengajar ma ustadz itu. Takut ketularan untuk maen togel,” ungkap seorang Ibu ke Ibu lain. Rupanya pada saat itu mereka sedang membicarakanku. Kemudian Ibu yang lain bersahutan, “Itu kan Ayahnya, Bu, bukan anaknya. Yang ku tahu dek Joko itu baik, kok, Bu. Kata Pak Ilyas, dia mengajar ngaji di sini secara sukarela. Dek Joko juga sangat santun dalam mengajar. Si Bondan yang dulunya malas ngaji, sekarang jadi ketagihan maen ke masjid untuk belajar ngaji gara-gara permainan yang diberikannya,” pendapat Ibu lain di seberang.

Aku tak mau lagi mendengar percakapan mereka. Aku ingin mengubah rasa maluku ini dengan malu karena Alloh, bukan karena orang lain yang mencibir kondisiku. Aku malu karena dosa-dosa yang tak mampu mengubah sifat Ayahku. Aku malu karena merasa tak pantas untuk mengajar ngaji atas kondisiku saat ini. Namun, jiika ku berhenti mengajar, maka syaithan akan tertawa terbahak-bahak melihat kelemahanku. Melihat kesabaranku habis saat didera cobaan batin yang berkepanjangan.

Ibuku menjadi korban perasaan. Melerai antara anak dan ayah yang memiliki prinsip berbeda. Tekanan darah tinggi Ibu semakin meninggi saat amarah Ayah menimpaku, menyuruhku untuk berhenti mengajar ngaji. Beliau rupanya juga merasa malu atas profesi baruku. Beliau menentangku namun aku masih dalam pendirianku. Aku tak peduli. Aku masih ingin mengajar ngaji.

Kaos LOETJU pemberian Royyan menjadi basah saat Ayah menyiramku dengan air teh di hadapan Ibu. Amarah Ayah belum reda. Segala jenis kata tak bijak keluar dari mulutnya. Aku meradang, dadaku sakit sekali menerima sikap Ayah. Ke manakah hati Ayahku berada, ya Rabb? Ke manakah hati yang bijak itu pergi?
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

HPku berdering, menerima panggilan dari Royyan. Rupanya dia menanyakan kabarku dan ku ceritakan kondisiku apa adanya. Sebagai seorang sahabat sejati, dia memberikan saran yang cukup menenangkan hati.

“Tenanglah, Ko. Saat ini kesabaranmu masih diuji. Hanya Alloh Sang Pemilik hati manusia, termasuk hati Ayahmu. Jika hati Ayahmu masih mungkar saat ini, maka cobalah dekatkan hatinya dengan doamu. Masih ingat hadist Arba’ain ke-34, kn? “Abu Sa’id Al Khudri as berkata,’Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika ia tak mampu, cegahlah ia dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya. Hal yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman’ Hadist riwayat Imam Muslim.”

“Trims, Yan. Sebuah spirit yang takkan ku lupakan. Btw, gimana kabar isterimu? Hoho.. Lama kita tak ketemu. Pengin ke Semarang lagi, tapi ni masih banyak tugas kurir yang menumpuk,” ungkapku.
“Alhamdulillah, Fenita udah hamil empat bulan, Ko. Mohon doanya, ya, agar sehat selalu. Iya, nih. Kapan kita reuni lagi? Tapi kamu lagi sibuk,ya?” ungkap Royyan.
“Owh, gini aja, Yan. Pas mudik kamu maen ke mbahmu di Solo sekalian mampir ke rumahku, hehe..” ajakku.
“Okelah kalo begitu. Siapkan opor yang banyak, ya. Ntar ku bawa bandeng presto juga dari sini. Ok, Ko. Salam buat bulek,yaa. Aku kangen ma masakannya.”
“Heheh..makanya maen ke sini, Siip..Tak sabar menanti Ramadhan dan Lebaran hingga bertemu dengan kalian,” ungkapku mengakhiri pembicaraan.
Wahai Ramadhan yang menjelang, sanggupkah aku dalam menghadapi segala cobaan yang terjadi? Sucikah jiwaku saat kuisi kau dengan amalan puasa-puasaku? Ku harap Tuhan tak menjauhiku ketika kondisi keluargaku jauh dari-Nya. Kembalikan surga-Mu di rumahku ya, Rabb.. Peluklah hati Ayahku agar kembali ke jalan-Mu...
 
Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang-orang yang masuk ke rumahku dengan beriman, dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang dzalim itu selain kebinasaan [QS Nuh:28]”

An Maharani Bluepen
Mohon maaf atas segala khilaf yang menyakiti, ya, teman...
300711-06.44-
Tetralogi cerpen “ANGSA PUTIH” dapat didownload di:
  





Read Users' Comments (0)

0 Response to "Cerita Joko"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver