rama[DHAN] metamorfo[SA] DHANSA # 21 :: Kadar Kesiapan ::


21 Ramadhan 1432 H

Subhanallah. Setiap waktu yang aku lalui hari ini begitu bermakna. Mulai dari kejadian pasca shubuh, reuni bareng teman-teman kelas 3 SMP 1, sampai malam menjelang tidur. Mendapatkan cerita-cerita inspiratif yang menyejukkan jiwa. Mengasah pola pikirku untuk selalu mengambil hikmah dalam setiap fenomena. Memaknai sikap syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh-Nya. Tak perlu mengeluh jika keterbatasan menjadi sebuah kendala. Tak perlu khawatir karena rahmat Alloh sangat luas, setiap hamba mendapatkan porsi nikmat yang berbeda dan Alloh Maha Pemberi Rahmat yang paling baik. 
Hal ini dijelaskan QS Al Mu’minun (23) : 109, “Sesungguhnya, ada segolongan dari Hamba-hambaku berdoa (di dunia), “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami Rahmat dan Engkau adalah Pemberi Rahmat yang Paling Baik.” Sekali lagi, Alloh menekankan dalam QS yang sama namun pada ayat terakhir, “Dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku, berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi Rahmat yang Paling Baik.” Cukup jelas, bukan?

Manusia selalu dihadapi oleh variasi pilihan hidup yang harus diprioritaskan. Semua pilihan hidup memang memiliki segala konsekuensi. Sejauh mana kadar kesiapan kita dalam menghadapi kenyataan yang akan terjadi? Masa lalu, masa kini dan masa yang akan mendatang adalah setiap fase yang mengandung hikmah, pelajaran, dan tantangan bagi manusia. Mendidik manusia untuk mengenal Rabb-nya dengan baik. Man ‘arafa nafsahu ‘arafa Rabbahu, “Siapa yang mengenal dirinya pasti akan mengenal Tuhannya.”

05.10
Usai sholat shubuh, aku bertemu dengan Bu Paiman, tetangga dekat guruku. Beliau tampaknya mau jogging di pagi yang segar ini. Siip. Kami melangkahkan kaki bersama dan berbagai untaian cerita keluar dari mulut beliau. Ternyata, Bu Paiman mengenal beberapa teman-temanku pada masa SMP, SMA sampai kuliah. Orang tua mereka menceritakan prestasi anaknya kepada beliau.  Ada yang mendapatkan beasiswa full sampai lulus sehingga meringankan beban orang tua. Ada yang mendapatkan pekerjaan layak sebelum diwisuda. Bahkan, ada pula yang mendapatkan pekerjaan langsung seusai menikah. Semua kisah yang belum aku ketahui, diceritakan beliau dengan kagum. Begitu pula diriku yang turut berbahagia mendengarnya. Hmmm... Aku mengambil sebuah hikmah. Kesuksesan itu relatif, tergantung bagaimana pribadi seseorang memandangnya. Tak perlu iri atas keberhasilan orang lain. Bercerminlah, bahwa Alloh SWT selalu menyiapkan skenario terbaik bagi hamba-Nya. Catatan penting, bagaimana persiapan kita saat menghadapi kesuksesan? Hal ini perlu direnungi. Semangat dalam menjaga niat yang lurus perlu lestari saat kesuksesan berhasil diraih. Kegagalan mendidik manusia untuk pantang berhenti, sedangkan kesuksesan mendidik manusia untuk selalu rendah hati.

06.15
Pagi-pagi ke tempat kakak sepupu untuk mengambil sisa gamis yang tidak dibeli beliau kemarin. Lalu sekitar jam 7-an, kedatangan tamu dari kakak organisasi yang menawarkan meja komputer bersama bonusnya, lampu belajar. Harganya lumayan terjangkau jika dibandingkan dengan harga barang baru. Aku tergoda karena memang membutuhkan meja sebagai alas si lepiblue, laptopku yang berumur tepat 3 tahun pada bulan ini. Meja lama udah dimakan rayap, terpaksa harus mencari penggantinya. Kemudian, kak AP bercerita tentang pengalamannya mencari pekerjaan. Alhamdulillah, lowongan pekerjaan berhasil terisi meskipun statusnya belum diwisuda. Beliau meninggalkan pulau Jawa dan menuju pulau yang terkenal gudang elektroniknya. Beliau juga menceritakan bagaimana nasib teman-teman organisasi saat ini. Ada yang berkerja di Jakarta, Yogya atau masih bergelut dalam dunia skripsi. Hmmm.... Aku mengambil sebuah hikmah. Apapun pekerjaannya, hal yang penting adalah semangat bekerjanya karena niat lillah. Seberapa siapkah kita dalam menghadapi dunia kerja dan bersikap mandiri dalam menghadapi segala tantangan? Begitu rumitnya sistem dunia kerja, banyak godaan iman yang bakal menghadang. Ok. Sukses selalu, kak.

10.10
Jam terbang tampaknya mulai meninggi saat sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Segala hutang yang ada harus terlunasi sebelum hari raya. Termasuk, mengembalikan buku pinjaman ke dua teman yang berada di Ngaliyan dan Mijen. Yap. Mengembalikan buku sekaligus silaturahmi di bulan suci plus membayar zakat fitrah untuk menyucikan harta dan jiwa. Di sana aku juga mendapatkan pencerahan dari bekas teman mengaji. Beliau lagi mempersiapkan untuk menjadi seorang ibu. Meskipun masih dalam masa penantian jabang bayi, beliau tetap optimis bahwa Alloh SWT pasti memberikan momongan di saat yang paling tepat. Mungkin kesempatan itu belum datang saat ini, tahun depan dan tahun depan selanjutnya lagi, namun beliau masih optimis dan terus berusaha menjadi calon ibu yang baik. Berbagai ikhtiar telah dilakukan, salah satunya adalah tes pemeriksaan TORCH (uji Toxo, Rubella, CMV, Herpes). Siip, mbakyuu..keep SKS [sehat, kuat, semangat], yaa... Aku mengambil sebuah hikmah. Seberapa siapkah diri kita untuk melahirkan generasi rabbani? Persiapan itu harus dimulai sebelum menikah. Pengetahuan tentang ibu hamil, menyusui, dan mendidik anak perlu diketahui oleh para wanita yang ingin menjadi calon ibu, meskipun belum menikah :”)

12.15
Silaturahmi ke calon ibu dokter Yossy, teman SMP-ku yang akan menjalani awal masa koAs. Mengambil buku Sang Pemimpi yang dipinjamnya serahun silam. Hmm... Zaman jadul banget...baru bisa aku ambil sekarang. Dia menceritakan pengalaman juang skripsinya tentang pamflet ibu hamil. Hyum, cukup menarik juga. Dia menceritakan tentang hal haram dan haram farmasi saat ini. Sebagai seorang dokter, memang harus waspada terhadap bahan-bahan haram yang terkandung di dalam obat pasien. Sisi akidah sebagai seorang dokter juga dipertahankan. Hyum, jangan sampai jadi dokter komersil, deh..hehe...Sekarang Yos lagi masa transisi, sebelum menjalani koAs saat bulan depan. Rencana wisudanya bulan Oktober. Siip...sukses selalu, Bu Dokter. Aku mengambil sebuah hikmah. Seberapa siapkah seorang tenaga medis menjaga kemashalatan umat? Hyum, harus memiliki pendirian teguh dan sikap kritis dalam menjaga konsep halal haram di dalamnya.

16.40
Persiapan buka puasa bersama teman-teman SMP 1. Sebelumnya, kumpul dahulu di markas SMP. Banyak perubahan yang tampak pada sekolah kami. SMP Negeri 1 Semarang saat ini sudah bertaraf nasional. Memori lama terlintas kembali. Saat pertama kali memakai pakaian putih biru dongker, masih terkesan lugu-lugu begitu. Hehe.. Kami menuju tempat pemancingan barokah. Di sana berkumpul teman-teman masa lama. Rasa kangen terobati. Bersama Dessy, ketemu ma Puti, Esti, Tika, Indah, Hendara, Surya, Dito, Rahmat, Ferdi, Indra, Satya, Rio, Miftah, hmmm, siapa lagi yang belum aku sebut? Hehe..reuni di bulan suci..menemukan sosok-sosok yang berbeda di wajah mereka...kesan dewasanya udah muncul...^^...setiap teman memberikan status masing-masing. Ada yang baru lulus, udah bekerja, baru sibuk masa skripsi atau kuliah, de ell...Semuanya menunjukkan ekspresi tersendiri. Bahkan, ada pula yang udah siap untuk menikah. Tapi sayang, si Amanda ndak bisa hadir dalam acara bukpas. Insya Alloh, dia akan menikah tahun ini. Seusai maghrib, kami langsung mendokumentasikan kebersamaan di warung lesehan Barokah. Aku bisa mengambil hikmah. Seberapa siapkah kita dalam menghadapi masa depan? Mau seperti apa jalan yang akan kita tempuh? Apakah melalui jalan yang lurus atau berbelok-belok? :D

19.10
Hyum, waktu Isya’ pun larut begitu cepat. Aku izin lebih awal untuk pamit. Pergi ke maskamp, menikmati terawih di malam ke-22. Suasana khusyuk malam terakhir masih terasa di Maskamp. Ternyata, banyak akhwat yang i’tikaf di sini. Masjid bagian akhwat lebih tertutup dari biasanya. Sisi pinggir lantai 2 ditutupi oleh tabir kain. Oh ya, ada lampu gantung besar yang baru dipasang. Siip...semoga cahaya berderang senantiasa menerangi hati para jama’ah yang gersang. Saat pulang, ketemu ma Ganda. Rupanya beliau sedang sakit flu. Hmm..ternyata memang benar, nikmat sehat lebih terasa saat tubuh terasa sakit. Aku bisa mengambil hikmah. Seberapa siapkah saat kita menghadapi kondisi sakit? Kemudian mengingat mati dan mempersiapkan kematian dengan bekal amal kebaikan sehingga dalam kondisi khusnul khotimah?

21.30
Malam-malam menyelesaikan PR nyuci baju tadi siang yang belum terselesaikan. Nyuci baju sekalian nyuci hati juga. Hehe.. Di sela-sela kesibukan, menikmati tayangan DEMOCRAZY metro TV. Tema hari ini tentang kasus Nazaruddin yang sedang ‘amnesia’. Sebenarnya siapa sih yang menjadi pemeran utama dalam dalang kasus Nazaruddin? Para narasumber dari ICW dan peneliti muda ahli hukum menjelaskan panjang lebar. Aku cuma bisa tercenung menyaksikan komentar mereka. Coba saja kalo Nazaruddin dihipnotis oleh Kuya-kuya. Pasti dia akan membeberkan kasus secara jujur tanpa manipulasi apapun. Hoho..

Aku tersenyum simpul. Menyadari bahwa kadar kesiapanku masih di bawah minimal. Namun aku berusaha untuk mengoptimalkan segala persiapanku untuk menjadi anak yang berbakti, isteri sholehah, ibu yang mendidik anak-anaknya kelak dan mendedikasikan potensi untuk kemashalatan umat. Subhanallah. Ada kasih sayang Alloh di hatiku. Aku menikmati rasa syukur di hari ini ^^.

An Maharani Bluepen
Ditulis akhir saat senja, suasana PMB di kampus
22 Ramadhan 1432 H

Read Users' Comments (0)

0 Response to "rama[DHAN] metamorfo[SA] DHANSA # 21 :: Kadar Kesiapan ::"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver