"Gift Hand", Arti Sebuah Pengorbanan


Resensi Film “Gift Hand”
oleh An Maharani Bluepen

Judul Film            : Gifted Hand, Kisah Nyata dari dr. Ben Carson
Sutradara            : Thomas Charter
Genre                   : Drama Edukasi
                               Pemeran utama: Harron Atkins (Carson-teen), Ellington King (B. J Carson)
                                Durasi                   : 01:30:10


“Sesungguhnya Perintah-Nya apabila Dia Menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah’, Maka terjadilah ia. (QS 36:82)”

Tidak ada sesuatu yang tak mungkin bagi Alloh jika Dia Menghendaki segala sesuatu. Termasuk, mengizinkan dr. Ben Carson membedah bayi kembar siam untuk pertama kalinya. Sebuah hal yang berada di luar logika dan penuh risiko tinggi saat memisahkan kedua bayi yang terlahir dempet (siam). Tidak ada satupun dokter bedah dunia yang mampu memisahkan kedua bayi kembar yang terlahir siam dengan selamat. Berkat keyakinan dan dorongan motivasi yang luar biasa dari ibunya, dr. Carson berhasil melewati fase “ketidakmungkinan” menjadi sebuah “keajaiban”. Bayi kembar siam terlahir dengan selamat tanpa cacat sedikitpun.

Film “Gifted Hand” menceritakan alur (maju-mundur) perjalanan hidup dr. Ben Carson, mulai dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Setiap fase hidupnya dipenuhi dengan konflik dan perjuangan. Sangat kontras dengan masa dewasanya, Benni kecil sering dicap kuper dan bodoh oleh teman-teman sekelasnya. Ia selalu mendapatkan nilai jongkok dalam setiap mata pelajaran. Emosinya juga sulit terkontrol. Sampai suatu hari ia terjebak dalam pertengkaran dan menyebabkan ibunya dipanggil ke sekolah. Sang Ibu mencoba tegar dan selalu meyakinkan kepada Benni, ”You can do anything anyone else can do, if you can do it better. Kamu bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain jika kamu melakukannya dengan usaha yang lebih baik.” Uraian Ibu Benni terus mengalir di bawah sadar saya. Tak ada manusia yang ditakdirkan untuk bodoh. Mereka merasa bodoh karena belum berusaha semaksimal saja.

Ibu Benni adalah wanita single parent yang mendidik anak-anaknya dengan metode pendidikan yang cerdas. Meskipun dicerai oleh suaminya, beliau masih memiliki semangat untuk mendidik kedua anaknya. Beliau tak ingin kedua anaknya memiliki nasib yang sama seperti dirinya, terjerat dalam kebodohan karena buta aksara. Meskipun demikian, Benni bersama Kakaknya (Curts) tak memahami kondisi ibunya yang sebetulnya frustasi. Kemudian sang ibu bangkit dan merasa optimis bahwa Benni pasti bisa mendapatkan prestasi di sekolah. Setiap minggu Benni bersama kakaknya mendapatkan tugas untuk membaca di perpustakaan dan menguraikan setiap cerita buku ke ibunya. Aktivitas menonton TV-pun dikurangi. Ben dan Curts merasa tindakan ibunya sangat ekstrim. Alhasil, Benni berhasil dalam meraih prestasi terbaik di sekolahnya. Baginya, tak ada sesuatu pun yang mungkin jika ada usaha terbaik telah dikeluarkan. “I think I can do this. You dont need the book, you got book inside you.” Yaa. Ibunya menyadarkan pada kekuatan imajinasi anak-anak dalam menyerap sebuah ilmu.

Sampai pada tahun 1969, Benni berhasil mendapatkan beasiswa jurusan kedokteran Universitas Yale. Hmm.. Kemampuan membaca dan daya imajinasi Benni memang luar biasa. Segala tantangan sebagai dokter dilaluinya dengan baik. Pelajaran kimia kedokteran yang menjemukan, berhasil dilaluinya dengan lulus cumlaude sebagai dokter syaraf. Kemudian ia diterima di RS Jops Hopkin Hospital, rumah sakit pusat anak-anak di Jerman Barat. Lambat laun, prestasi menjadi dokternya menyala saat ia memilih keputusan untuk pembedahan otak dan pemisahan bayi kembar siam untuk pertama kalinya...

Dengan memahami pesan film yang tersirat, air mata saya kembali menetes. Pesan kekuatan cinta dan kasih sayang yang terkandung dalam film ini begitu kuat. Saya memahami, pengorbanan ibunda dalam mendidik anaknya sampai fase dewasa merupakan perjuangan yang tak mudah. Setelah anak sukses meraih prestasi gemilang, ibunda tak pernah berhenti mencurahkan kasih sayangnya. Beliau selalu mendoakan anaknya supaya mendapatkan terbaik dalam hidupnya. dr. Ben Carson pun menyadari bahwa motivasi dan kekuatan cinta ibunya-lah yang membuat garis hidupnya sebagai dokter bermuat menjadi nilai pengorbanan...

An Maharani Bluepen
Tugas Resensi film ke-2
21 November 2011
Terima kasih, Kak..atas rekomendasi film yang penuh inspirasi
Usai tiga kali menonton pun tak bosan rasanya..:”)

Read Users' Comments (0)

0 Response to ""Gift Hand", Arti Sebuah Pengorbanan"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver