Menelusuri Sigmund Freud


Resensi Biografi Sigmund Freud
Judul            : Sigmund Freud, Di Seberang Masa Lalu
Penulis          : Rachel Baker
Penerjemah    : Jimmi Firdaus
Penerbit        : Sketsa
Tahun           : Cetakan Pertama, 2007

“Saya bukanlah tokoh besar. Saya hanya menemukan gagasan besar,” ungkap Sigmund Freud dalam cover buku biografi yang ditulis oleh Rachel Baker. Mengapa saya tertarik untuk mengkaji buku tentang Sigmund Freud? Hal ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan saya oleh novel “The Brain Charger” yang menyinggung pakar psikoanalis sekaligus penganut atheis, Sigmund Freud.

dr. Sigmund Freud (1856 – 1939) lahir di Schossergasse, Freiberg oleh pasangan Jacob Freud dan Amalia. Nama Freud diambil karena ada keharusan bagi seluruh orang Yahudi untuk menggunakan nama Austria demi memudahkan para petugas pemungut pajak. Pola asuh dari kedua orang tuanya mengalami perbedaan yang signifikan. Sigmund sangat dimanja oleh ibunya, sedangkan Ayahnya bersikap kasar kepadanya. Sampai suatu ketika, dr. Sigmund Freud mengambil istilah Oedipus complex dan berbagai gangguan neurosis lainnya.

Oedipus complex, suatu keadaan terfiksasi dalam fase Oedipal dari perkembangan emosional, yakni ketika seorang laki-laki jatuh cinta kepada ibunya, dan anak perempuan jatuh cinta kepada ayahnya. Semenjak masa Freud situasi yang terakhir digambarkan sebagai Electra Complex. Para penderita Oedipus Complex merasakan sensasi hasrat pada orang tua dari jenis kelamin berbeda, pada waktu bersamaan merasakan perasaan-perasaan benci pada orang tua dari jenis kelamin yang sama. Keduanya mengarah pada perasaan-perasaan bersalah yang sangat kuat tapi tak diakui, dan kecenderungan untuk menghukum diri sendiri yang bisa diekspresikan dalam berbagai bentuk. Freud melihat Oedipus Complex sebagai salah satu penyebab utama penyakit jiwa. Beberapa ahli tak setuju dengan lainnya, namun banyak juga yang pro dengannya.

Banyak temuan Freud yang memberikan pemahaman lebih mendalam pada seseorang tentang perilaku ganjilnya. Semula, beliau menggunakan pengobatan jiwa dengan metode hipnotis lalu berkembang menjadi psikoanalis.

Psikoanalis, sebuah metode pengobatan gangguan syaraf dan kejiwaan yang bertujuan membantu pasien untuk menyadari ingatan-ingatan yang tersembunyi, untuk menemukan pengalaman-pengalaman traumatis semasa kanak-kanak yang menyebabkan terfiksasi. Melalui abreaksi (pelepasan ketegangan dengan mengingat trauma) bisa melepaskan orang dari fiksasi dan pengaruh trauma-trauma tersebut. Pasien belajar untuk mensublimasi keinginan-keinginannya yang tak bisa diterima oleh dunia luar yang telah beradab. Tapi ia mengakui keinginan-keinginan tersebut. Pasien menyesuaikan keinginan-keinginannya sendiri, dan keinginan dari orang-orang sekitarnya.

Pengalaman dr. Sigmund Freud dituang dalam karya-karya yang fenomenal; The Interpretation of Dreams, The Psycopathology of Everiday Life, Three Contributions to the Theory of Sex, The Ego and the Id, The Future of an Illusion, Civilitation and Its Discontents, serta jurnal-jurnal yang mendukung teori psikoanalis. Pada usia senjanya, beliau menulis tentang The Moses and Monotheisme, sejarah tentang Nabi Musa.

Di dalam buku ini, Rachel Baker hanya menyinggung soal prestasi-prestasi dan kehidupan sosial tentang Sigmund Freud. Bukan soal kepercayaan atau sisi religi mengenai paham atheis yang dianut oleh pakar kejiwaan tersebut. Padahal saya ingin mengetahui lebih lanjut tentang alasan Sigmund yang berkebangsaan Yahudi meninggalkan keyakinan Sang Maha Pencipta.

An Maharani Bluepen
20 April 2012

baca juga artikel lain:

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Menelusuri Sigmund Freud"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver