Jangan Ingat Miladku, ya!
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Mengawali perbincangan singkat di layar kaca, saat itu hadir sosok narasumber yang sering memberikan pencerahan bagi pemirsa di Indonesia, Andi Flores Noya. Beliau menjadi tamu dalam acara 'Rumah Perubahan' yang dibawa secara langsung oleh Renald Khasali. Benar-benar tak sengaja aku memindah channel ke TVRI. Stasiun TV Nasional yang sudah lama tak ku saksikan karena ketertarikan saluran TV yang lain. Di sela-sela berita negatif yang ku lihat dan dengar, kali ini aku menyaksikan tayangan spirit yang menyejukkan. Aku lupa tanggal berapa menyaksikannya. Hal yang aku ingat, tema tayangan saat itu adalah Mengaktifkan Lentera Jiwa. Aih, benar-benar pas dengan kondisi hati.
Aku jadi semakin berkaca-kaca saat beliau berbagi pengalaman masa kecilnya.
Orang besar bisa tumbuh dalam keterbatasan dan kesempitan. Tentunya, proses itu dijalani tidak mudah. Perlu ada perjuangan ekstra dalam memahami paradigma persoalan hingga menuju titik balik perubahan. Bang Andi begitu piawai dalam menceritakan masa lalunya yang membuatku berkaca-kaca. Yap! Semacam ada panggilan jiwa yang membuatku merenungi kembali atas segala nikmat yang ku terima.
Ulang tahun menjadi kenangan menyesakkan bagi host yang berlatar belakang jurnalis itu. Jika orang lain menganggapnya sebagai bentuk perayaan dan peringatan, maka Bang Andi menjadikannya sebagai momentum perenungan hingga masa tua. Bahkan, beliau sengaja 'melupakan' tentang kapan tanggal kelahirannya. Ia meminta kepada isterinya dan anak-anaknya untuk tidak mengucapkan selamat milad kepadanya, dengan maksud memutar kembali kenangan yang tersimpan di masa lalu. Yap. Kenangan masa ulang tahun tidak selalu indah bagi yang merasakannya.
Alur cerita yang disampaikan Bang Andi dimulai dari undangan ulang tahun yang diberikan sahabatnya. Mau tidak mau, rela tidak rela, Bang Andi harus datang memenuhi undangan sahabatnya. Namun, beliau memiliki persoalan yang menyulitkan. Beliau tidak memiliki baju yang pantas pakai untuk acara penting sahabatnya. Baju yang dimiliki Bang Andy hanya dua, baju sekolah dan baju rumah tak pantas pakai. Kemudian beliau meminta Ibunda (yang kebetulan berprofesi sebagai penjahit) untuk menjahitkan baju baru. Sang Bunda memutar otak bagaimana agar putranya bisa mengenakan pakaian terbaik.
Bang Andi kemudian mendapatkan baju baru hasil jerih payah Ibunda. Rupanya ukuran baju terlalu ketat untuk tubuhnya. Pantas atau tidak pantas, Bang Andi tetap memakai pakaian kekecilan itu lalu mendatangi pesta ulang tahun sahabatnya. Sesampai di sana, apa yang dikhawatirkan Bang Andy-pun terjadi. Ia menjadi bahan olok-olokan dari teman-temannya tanpa henti. Rasa malu yang menusuk dan trauma mendalam terhadap perayaaan ulang tahun. Rasa haru yang membuncah adalah ketika Bang Andy mengetahui perjuangan Ibunya membuat baju. Rupanya, bahan jahitan berasal dari potongan kain yang seharusnya tidak boleh digunakan. Demi baju baru, Ibunda rela 'mencuri' bahan kain yang diberikan pemesan (pelanggan) jahitannya. Semenjak saat itu, Bang Andy berproses untuk menjadi pribadi yang tegar dan kuat dalam menghadapi himpitan.
Sejenak, aku mengambil kesimpulan. Masa kecil menorehkan memori pelajaran yang bisa diambil hikmahnya. Tergantung dari keinginan manusia yang ingin menjadikannya sebagai hikmah atau tidak.
Aku jadi semakin malu terhadap diri sendiri. Bagaimana mungkin aku bisa mengeluh terhadap segala nikmat yang aku terima selama ini. Sepersen-pun aku tak boleh mengeluh. Ingat-lah, wahai hati. Ada insan yang lebih menderita dari deritamu. Bersabarlah dan Yakinlah! Ada Alloh yang senantiasa menemani.... orang-orang sabar di jalan kebaikan :)
An Maharani Bluepen
Refleksi Sepertiga Malam terakhir
150313
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Mengawali perbincangan singkat di layar kaca, saat itu hadir sosok narasumber yang sering memberikan pencerahan bagi pemirsa di Indonesia, Andi Flores Noya. Beliau menjadi tamu dalam acara 'Rumah Perubahan' yang dibawa secara langsung oleh Renald Khasali. Benar-benar tak sengaja aku memindah channel ke TVRI. Stasiun TV Nasional yang sudah lama tak ku saksikan karena ketertarikan saluran TV yang lain. Di sela-sela berita negatif yang ku lihat dan dengar, kali ini aku menyaksikan tayangan spirit yang menyejukkan. Aku lupa tanggal berapa menyaksikannya. Hal yang aku ingat, tema tayangan saat itu adalah Mengaktifkan Lentera Jiwa. Aih, benar-benar pas dengan kondisi hati.
Aku jadi semakin berkaca-kaca saat beliau berbagi pengalaman masa kecilnya.
Orang besar bisa tumbuh dalam keterbatasan dan kesempitan. Tentunya, proses itu dijalani tidak mudah. Perlu ada perjuangan ekstra dalam memahami paradigma persoalan hingga menuju titik balik perubahan. Bang Andi begitu piawai dalam menceritakan masa lalunya yang membuatku berkaca-kaca. Yap! Semacam ada panggilan jiwa yang membuatku merenungi kembali atas segala nikmat yang ku terima.
 |
| Doc.FB |
Alur cerita yang disampaikan Bang Andi dimulai dari undangan ulang tahun yang diberikan sahabatnya. Mau tidak mau, rela tidak rela, Bang Andi harus datang memenuhi undangan sahabatnya. Namun, beliau memiliki persoalan yang menyulitkan. Beliau tidak memiliki baju yang pantas pakai untuk acara penting sahabatnya. Baju yang dimiliki Bang Andy hanya dua, baju sekolah dan baju rumah tak pantas pakai. Kemudian beliau meminta Ibunda (yang kebetulan berprofesi sebagai penjahit) untuk menjahitkan baju baru. Sang Bunda memutar otak bagaimana agar putranya bisa mengenakan pakaian terbaik.
Bang Andi kemudian mendapatkan baju baru hasil jerih payah Ibunda. Rupanya ukuran baju terlalu ketat untuk tubuhnya. Pantas atau tidak pantas, Bang Andi tetap memakai pakaian kekecilan itu lalu mendatangi pesta ulang tahun sahabatnya. Sesampai di sana, apa yang dikhawatirkan Bang Andy-pun terjadi. Ia menjadi bahan olok-olokan dari teman-temannya tanpa henti. Rasa malu yang menusuk dan trauma mendalam terhadap perayaaan ulang tahun. Rasa haru yang membuncah adalah ketika Bang Andy mengetahui perjuangan Ibunya membuat baju. Rupanya, bahan jahitan berasal dari potongan kain yang seharusnya tidak boleh digunakan. Demi baju baru, Ibunda rela 'mencuri' bahan kain yang diberikan pemesan (pelanggan) jahitannya. Semenjak saat itu, Bang Andy berproses untuk menjadi pribadi yang tegar dan kuat dalam menghadapi himpitan.
Sejenak, aku mengambil kesimpulan. Masa kecil menorehkan memori pelajaran yang bisa diambil hikmahnya. Tergantung dari keinginan manusia yang ingin menjadikannya sebagai hikmah atau tidak.
Aku jadi semakin malu terhadap diri sendiri. Bagaimana mungkin aku bisa mengeluh terhadap segala nikmat yang aku terima selama ini. Sepersen-pun aku tak boleh mengeluh. Ingat-lah, wahai hati. Ada insan yang lebih menderita dari deritamu. Bersabarlah dan Yakinlah! Ada Alloh yang senantiasa menemani.... orang-orang sabar di jalan kebaikan :)
An Maharani Bluepen
Refleksi Sepertiga Malam terakhir
150313
Udah lama nggak kemari mbak Ann :)
Postingannya menarik, jadi perenungan buat kita ^^
iyaa.. kangen, yaaaah..
:)
Alhamdulillah, semoga bisa diambil hikmahnya ;)