Little Story about My Hijab
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
BismillaahirrahmaanirrahiimH I J A B.
Aku
pandangi bayangan datar di depanku. Hei, ini aku yang berusia seperempat abad.
Ada yang berbeda dengan penampilan wajahku. Kini, aku tak perlu bingung memilih
model rambut kuncir atau kepang. Kini, aku tak bimbang dengan aksesoris rambut
bermacam-macam. Mahkota kepalaku sudah terbalut rapi dengan jilbab atau
kerudung. Aku telah melakukannya semenjak kelas satu SMA, sembilan tahun
silam...
H
I J A B.
Berawal
dari ingin masuk sekolah favorit, Allah menunjuk jalan hidayah kepadaku untuk
menutup aurat. Ada keraguan ketika memasuki tukang penjahit seragam sekolah.
Benarkah aku akan mengambil keputusan berat itu? Aku teringat janji awal masuk
sekolah favorit dulu. Aku akan mulai berjilbab. Aku akan menutup aurat saat
masa sekolah menengah atas di sekolah favorit ini. Aku memulai perubahan ini
dengan bacaan Bismillah. Ya Rabb.. kuatkanlah mentalku...
Keistiqomahanku
terasa diuji. Di sekolah memakai jilbab. Di rumah kenapa ribet memakai jilbab?
Buka tutup jilbab di rumah membuatku tidak nyaman! Bahkan, aku baru tahu bahwa
saudara sepupu laki-laki itu bukan mahram buatku. Pertama, aku syok. Dia sudah
tinggal bersamaku sejak kecil, tahu seluk-beluk tentangku, mengapa aku harus
menutup aurat kepadanya? Lagi-lagi aku mencoba untuk menerima perintah dari
Allah dengan keikhlasan, tanpa bertanya lagi apapun.
H
I J A B.
"Mengapa
harus berjilbab, An? Mengapa tidak berjilbab hati dulu?" Aku menanggapi
pertanyaan itu dengan sebuah pertanyaan. Apakah mudah berjilbab hati dulu?
Apakah bisa kita menjaga hati jika kita tidak melaksanakan perintah Allah dulu?
Hijab ini adalah identitas kita sebagai muslimah. Hijab ini bukan sekedar
bentuk kewajiban kita sebagai muslimah. Dari sana, aku mengetahui landasan
kewajiban berjilbab yang termuat dalam QS An Nuur ayat 31 dan QS Al Ahzab ayat
59. Aku berhijab perlahan-lahan meski aku sering dijadikan bahan celaan. Aku
tetap bertahan dengan jilbab yang kukenakan. Aku merasakan ketenangan saat
mengenakannya tak peduli orang-orang di sekitar berkata apa.
H
I J A B.
Pakaian
hijabku belum sempurna. Ada aurat yang masih terlihat, tanpa aku sadari bahwa
bagian itu adalah sebuah aurat. Semula memang susah mengadaptasikannya. Memakai
jilbab-pun masih belum menutup dada, masih memakai celana ketat, dan
memperlihatkan bentuk tubuh.. Seiring waktu, Aku menyadari keanehan pakaian
yang kukenakan. Ya! Aku bertekad untuk menutup aurat lebih baik. Niat berhijab
aku perbaiki..
H
I J A B.
Hijab
berjamuran di mana-mana. Era modern sudah menjadi fashion bagi muslimah. Aku senang karena
sekarang banyak muslimah yang tidak malu lagi memakai jilbab. Islamphobia tidak
ada lagi di tanah air. Sediih rasanya, dulu saat masa awal memakai jilbab, kaum
wanita yang berjilbab dicap sebagai kaum minoritas, kaum yang dianggap ekstrim
bahkan dianggap kaum teroris. Pada tahun 2009, ada seorang syuhada yang bernama Marwa el Shabrini yang tewas dibunuh dengan
sadis oleh pemuda Jerman keturunan Rusia di ruang sidang gedung pengadilan kota
Dresden, Jerman. Saat itu, Marwa akan memberikan kesaksian dalam kasus
penghinaan yang dialaminya hanya karena ia mengenakan jilbab. Belum sempat
memberikan kesaksiannya, pemuda Jerman itu menyerang Marwa dan menusuk ibu satu
orang anak itu sebanyak 18 kali. Berita heboh ini mengguncang komunitas muslim
di beberapa negara (berita 1) (berita 2)
H
I J A B.
Tentunya
perjalanan menutup aurat ini banyak tantangan yang harus dihadapi. Misalnya,
saat muslimah jatuh cinta. Apakah ia bisa menjaga hatinya seperti menjaga
auratnya? Tentu, sebuah prinsip perlu ditanamkan agar tidak salah jalan
kepada kenistaan. Dulu, pernah diledekin teman seperti ini, “An, kalau memakai
jilbab, ga boleh pacaran, lho.” “Oh ya?” “Iya, seorang muslimah tidak hanya
menutup auratnya aja, tapi juga hatinya.” “Oh, begitu, ya?” Semakin lama, aku semakin paham mengapa seseorang tidak diperkenankan jalan pintas melalui pacaran.
Alasan memakai jilbab itu bukan kendala berpacaran, namun aku lebih berpikir
bahwa pacaran adalah jalan terdekat menuju zina. Ada cara yang lebih mulia dan
diridhoi Allah dalam hal menjaga hati, belajar kesabaran..mencintai lawan
jenis.
H
I J A B.
Hijab
bagiku adalah sebuah hidayah dan nikmat yang aku syukuri. Alhamdulillah, aku
masih diberi kesempatan berhijab dalam usia seperempat abad ini. Aku berada di
komunitas kerja yang menguatkan keistiqamahanku dalam berhijab. Aku begitu
miris, ketika ada seseorang yang menceritakan kepadaku bahwa batinnya tersiksa,
karena tidak bisa menutup aurat di tempat kerjanya. Dia terpaksa menanggalkan
jilbab karena perkerjaannya. Dia masih berharap untuk mendapatkan perkerjaan
yang lebih layak dan lebih baik. Ada pula seorang yang berjilbab, yang
bercerita kepadaku bahwa dia kehilangan kehormatannya karena diperkosa. Hey,
bukankah wanita berjilbab itu akan aman di mana aja? Ternyata, di era digital
ini, dunia maya menyesatkan hati lelaki hidung belang yang tak punya norma.
Mereka memangsa siapa saja, termasuk kaum wanita yang berjilbab. Aku semakin
tersentuh atas kejadian-kejadian yang terjadi di orang-orang sekitarku. Mereka seperti
membawa pesan, bahwa hidayah berhijab ini perlu dijaga, jangan sampai hilang
begitu saja.
H
I J A B.
Jangan
sampai hati meninggi karena sudah merasa lebih baik dari yang belum berjilbab.
Hidayah ini adalah otoritas Allah yang perlu dijaga, bukan dijadikan alat
kesombongan manusia. Aku tidak tahu, apakah hidayah jilbab ini akan selalu ada hingga akhir kehidupanku. Aku terus berdo’a dan berdo’a agar hati ini juga turut
dijaga oleh-Nya…tetap istiqomah di jalan kebaikan.
Baiklah,
untuk penutup, aku selipkan quote dari Ust. Felix Siauw tentang hijab.. Semoga
bermanfaat, ya, kawan. Kita saling mendo’akan dan mengingatkan, OK?
hijab itu bukan pelengkap apalagi hiasan | namun kewajiban dan penanda ketaatan I maka hijab bukan untuk buat dirimu menarik | bukan agar engkau jadi terlihat cantik I berhijab bukan justru lebih rumit | berhijab bukan malah jadi sulit I sederhananya hijab Muslimah, adalah penanda taat | karena hijab bukan fashion, yang perlu pengamat I berpakaian hanya karena Allah, jauhkan dari ingin dilihat manusia | justru harusnya Muslimah risih bila diperhatikan, malu itu akhlaknya I memang sulit berhijab sempurna saat manusia berlomba narsis | yang ingin taat dan punya rasa malu malah diperlakukan sinistapi tegaskan lagi semua karena Allah | dengan itu insyaAllah semua mudah
-Selamat Hari Jilbab Internasional-
An Maharani Bluepen
04 September 2014
biasanya yang mengatakan cukup berjilbab hati dulu itu cuma alasan ya? memangnya mudah apa menjilbabkan hati, sementara aurat masih 'diobral'? yang sudah berjilbab aja banyak kok yang kelakuannya udah rusak, apalagi yang tidak?
semoga tetap bisa istiqomah mbak AN..
oh, dan baru tau kalo ternyata ada hari jilbab internasional, pengetahuan baru :)
Berjilbab berlum berarti menandakan diri muslimah sudah sempurna. Namun berjilbab lebih mengarahkan muslimah ke arah perbuatan-perbuatan yang baik (semestinya dilakukan), rasa kemaluannya lebih terjaga. Yap! Jilbab akan menjaga perilaku muslimah, apabila muslimah memakainya dengan hati jugaa..
iyaa.. hari jilbab internasional yang jatuh pada tanggal 4 September sebagai peringatan kejadian Marwa el Shabrini..