Inspiration part 3

Bisakah hati kita seluas samudera....?

Cerita tentang air dan garam terulang kembali dalam lembaran ini. Terinspirasi oleh kumpulan cerita motivasi dalam buku ‘Cita-Cita’ Iqbal Dawami dan tausiyah Ustadz Usep Badruzzaman, cerita ini mengingatkan kembali..

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya yang belakangan ini wajahnya selalu tampak muram.
“Kenapa kau selalu murung, Nak..? Bukankah banyak hal indah di dunia ini? Ke mana perginya rasa syukurmu?” sapa sang Guru.
“Pak, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab murid muda itu.
Sang Guru terkekeh, “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari, biar kuperbaiki suasana hatimu.”
Si muridpun beranjak pelan tanpa semangat. Dia bingung mengapa sang guru menyuruhnya dengan hal yang tidak berguna. Namun demikian ia laksanakan permintaan gurunya.
“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu. Setelah itu, coba kau minum airnya sedikit,” perintah guru.
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
“Bagaimana rasanya...?” tanya sang guru.
“Bapak mengajakku bercanda,yaa..Orang lagi ada masalah koq dikasih air garam. Ya pasti rasanya asin dan perutku jadi mual...” ungkap murid itu.
Sang guru terkekeh melihat muridnya yang meringis keasinan.
“Ok. Yuk, kita melihat pemandangan danau di luar,” ajak sang guru.
“Ada apa lagi, Pak? Apakah dengan hal ini bisa menyelesaikan masalahku?” tanya murid dengan penuh penasaran.
“Insya Alloh..Ayo, sekarang kau ikut aku ke danau itu,” jawab sang guru.
“Ambil segenggam garam yang tersisa dan sebarkan ke danau.” Sang muridpun menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya.
“Sekarang, coba kau minum air danau itu, “ kata sang guru sambil melihat reaksi muridnya.
Si murid lalu meminum air danau yang telah tercampur air garam. Ketika air danau yang dingin dan segar telah mengalir di tenggorokannya, sang guru bertanya lagi kepada muridnya, “Bagaimana rasanya..?”
“Hum, rasanya berbeda sekali dengan yang tadi, Pak. Segar, segar sekali,” kata si murid mengelap bibirnya.
“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”
“Tidak sama sekali, Pak,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang guru hanya tersenyum memperhatikannya, dan membiarkan muridnya meminum air danau itu sampai puas.
Taukah, kawan,.Apa maksud dari peristiwa tersebut...?
“Nak, segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah ditentukan oleh Alloh, sesuai untuk dirimu. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”
Si murid terdiam, suasana hatinya sudah mulai berubah.
“Tapi, Nak, rasa ‘asin’ dari penderitaan yang kau alami itu tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi, supaya tidak menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan kalbu dalam dadamu itu sebesar danau.”

(Source story from: Suluk-logsome)

Someday, An pernah membaca sebait puisi seperti ini..

Kabura maqtam,,
Itulah kondisiku saat ini..
Aku sulit untuk mengendalikan emosi..
Air mata tak tahan untuk memuntahkan isinya...
Aku tak bisa lagi menangis dalam hati..
Keinginan dan harapan terasa berlalu begitu saja,
Begitu lemahkah diri ni saat menghadapi sebuah kegagalan...?
Tekanan akan sebuah amanah..
Yang ternyata ga mudah, ya Rabbi..
Yang hamba butuhkan saat ini adalah cahaya petunjukMu..
Untuk menerangi sisi gelap hatiku..
Untuk melunturkan rasa cemasku..
Aku tak boleh goyah,.
Kekuatan positif itu muncul kembali seiring ingatanku akan sebuah kegagalan..
Aku harus bersyukur setiap kondisi apapun yg terjadi...
Namun, rasa sedihku terasa mengalahkan rasa nikmat yang kumiliki saat ini..
Ya Rabb...
Beri hamba kekuatan...
Beri hamba sepercik cahaya...
Ku Mohon, ya Hadiii...
Jangan biarkan hatiku beku seperti es batu...........
Ku mohon, gantilah kegagalan yang hamba rasakan menjadi sebuah awal kesuksesan yang tertunda..
Yakinilah hamba dengan hal ini, ya Rahmann...
Jangan biarkan hamba terjatuh lebih dalam lagi
****
Pernah hampir putus asa, kawan...?
Hum, ada benarnya jika hidup ini diumpamakan seperti roda, kadang di atas, kadang pula di bawah. Ketika kita berada di bawah dan selalu dirudung sedih dan menderita, yakinlah kalau hidup kita akan berubah menjadi lebih baik. Jangan jadikan hati kita sebesar gelas, yang sangat sensitif merasakan asinnya penderitaan hidup. Namun, jadikan kalbu kita seluas samudera, yang tidak mudah menyerah, sebesar apapun masalah yang dihadapi, yakinlah bahwa kita memiliki Alloh yang Maha Besar. Singkat kata, akhir tausiyah Ust. Usep Badruzzaman mengingatkan, “Jadikan sabar dan shalat sebagai penolong kita saat menghadapi cobaan hidup.”
=)

23 Juli 2010
Lima bulan setelah milad An....
sudahkah ada proses metamorfosis...?

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Inspiration part 3"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver