catatan BLUEPEN

Ketika Bluepen Belajar Menulis
Bismillahirrahmannirrahiim.....
Iqra’ bismirabbika-ladzi khalaq.....Kholaqal insaana min ‘alaq......Iqra’ wa rabbukal akram..Alladzi ‘allama bil qalam..’Allamal insaana maa lam ya’lam.
Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Menciptakan....Dia telah menciptakanmu dari segumpal darah....Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah..Yang Mengajar dengan kalam..Dia mengajar manusia sesuatu yang tidak diketahui [Q.S Al ‘Alaq 1-5]
Bacalah. Bacalah. Bacalah. Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca buku, cakrawala pengetahuan kita menjadi terbuka dan terarah. Bahkan, kita bisa menjelajahi alam semesta. Itu saja baru membaca sebuah buku, apalagi jika membaca Al Qur’an, trus memahami maknanya dan mengamalkan setiap nilai urgensi di dalamnya. Point plus lagi jika mengajarkan ke orang lain. Jadilah sebuah ilmu yang bermanfaat.....

STOP lanjutkan membaca...jika merasa tulisan ini kurang bermanfaat bagi Anda, heee....

Membaca adalah proses awal dari metamorfosa pendidikan. Perjalanan yang cukup pelik memang, ketika harus mengeja huruf satu per satu kemudian merangkainya dalam sebuah kalimat. Namun, kesabaran seorang guru, mengajarkan muridnya membaca adalah proses yang menyenangkan. Pada masa itu, guruku tak menggerutu saat ku melakukan kesalahan yang berulang kali dalam membaca kalimat. Begitu pula dengan orang tuaku. Mereka begitu bangga ketika anaknya mengucapkan kata pertama dalam hidupnya. Aku lupa, kata pertamaku dulu seperti apa. Hal yang jelas adalah tanpa pengorbanan dan kesabaran mereka, aku tak bisa seperti sekarang. Membaca buku sesuka hati. Melahap halaman per halaman tanpa henti. Menjadikan membaca adalah sesuatu kebiasaan yang kusukai.
Ketika fase membaca sudah ku lalui, sang guru mengajarkanku tentang menulis. Sungguh ajaib! Ternyata, tulisan adalah sebuah awal dari peradaban (masih inget perbedaan zaman pra-sejarah dan sejarah?). Yap. Tulisan adalah pembeda dari keduanya. Gesekan-gesekan huruf yang kuciptakan tak sebaik apa yang diajarkan oleh sang guru. Aku menurut keinginan saja, membuat bentuk garis yang semula tak tahu maknanya. Dari menulis, ku bisa merangkai kata yang bisa ku baca.
Dulu, pelajaran Bahasa adalah pelajaran momok bagiku. Tulisan tegak sambung masih terpatri sampai kelas 3 SMP. Lalu, ku berhijrah ke tulisan latin. Tak perlu tegak sambung tak apa-apa, yang penting rapi dan bisa dibaca. Alhasil, nilai Bahasaku selalu mendapatkan angka biru. Karena suka menulis, setiap pelajaran mengarang biasanya ku tenggelam dalam duniaku sendiri. Hyum...Menciptakan imajinasi tulisan!
Masih ingat, dulu ketika kelas 3 SMP, guru Bahasaku terkenal dingin dan displin. Semua materi di kedua buku pokok harus dibabat habis jika tak ingin mendapatkan sanksi. Terpaksa, harus bisa menulis cepat dalam menyelesaikan tugas dengan jawaban tepat. Materi puisi adalah menu favorit dari semua pelajaran Bahasa yang ada. Aku suka mendeklamasikan puisi buatanku sendiri. Tanpa malu berekspresi tentunya. Aku mendalami kata-kata konotasi yang ku tulis. Tak peduli apa kata teman yang menganggapku “over” mendeklamasi, hehe.................
Sangat kontras dengan zaman SMA. Kebiasaan menulis sudah mulai jarang ku lakukan. Pelajaran sains di atas segala-galanya. Persaingan nilai akademik terjadi di setiap kelas. Siswa yang terlihat rajin ternyata tak menjamin nilai akademiknya mulus. Banyak juga siswa jenius yang berasal dari siswa-siswa yang jarang belajar dan lebih suka main ke mall-mall terdekat. Aku begitu heran, IQ mereka mungkin di atas rata-rata, ya, sehingga ga perlu sulit memahami pelajaran. Berbeda dengan diriku, aku perlu mengasah otakku berulang kali jika ingin menguasai sebuah materi. Jika aku bosan belajar, aku lebih suka menulis abstrak, kembali ke dunia imajinasiku.
Saat era kuliah, spirit menulisku menyala kembali. Selain organisasi ilmiah, politik dan rohani, aku minati kegiatan jurnalistik kampus. Meskipun jadi wartawan kampus yang amatir, tulisan-tulisan yang ku muat dalam media kampus tak kadang lepas dari kritikan-kritikan tajam sehingga pernah terjadi kesalahpahaman. Haha..begitu rumitnya dunia jurnalistik...tapi ku menikmati proses di dalamnya. Keberanianku untuk menulis di media massa di koran atau majalah terasa belum cukup karena ketakutan masih merajai. Memang benar kata orang bijak, “Kalau belum mencoba, kenapa menilai diri ini gagal?” Sampai saat ini pun, ku masih belajar menulis......Menulis apapun yang bisa ku tulis, baik dari ekspresi perasaan maupun logika.
Yap....Semangat berbagi pesan kebaikan lewat tulisan
Semoga spirit itu tak akan luntur dan futur sampai kapanpun!!
^_____________^
An Maharani Bluepen
090511 – 21:12–

Read Users' Comments (0)

0 Response to "catatan BLUEPEN"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver