[F-24] Puisi dari Waya
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Bismillaahirrahmaanirrahiim
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi
kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari
rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS
67: 15).
Tiba-tiba
saja saya teringat dengan QS Mulk tersebut. Dunia ini masih begitu sempit saya
lalui. Perjalanan ke beberapa tanah air belumlah sampai menyeluruh, mulai dari
kawasan Indonesia Bagian Barat, Indonesia Bagian Tengah, hingga Indonesia
Bagian Timur. Paling-paling baru singgah ke Sumatera (Medan), Bali, dan Lombok.
Sungguh ironis, yah, sebagai warga Indonesia yang hidup di negara kepulauan
tetapi hanya mengenal dekat Pulau Jawa. Bahkan, di Provinsi saya sendiri-pun,
saya belum menjelajah sampai 35 Kabupaten/ Kota. Hanya deretan pantura (Pantai
Utara Jawa) yang saya kenal lebih dekat. Selebihnya jarang sekali berkesempatan
untuk menjelajah di semua Kabupaten/ Kota. Alhamdulillah, karena domisili kerja
saat ini di ranah Provinsi, saya lebih kenal dekat dengan wilayah Provinsi saya
sendiri. Tiap daerah memiliki karakteristik masing-masing. Kondisi tersebut masih
jauh lebih baik daripada kehidupan di luar Pulau Jawa. Aspek kesehatan,
jaringan pendidikan, sarana transportasi, bahan sandang atau pangan masih
dikatakan terbatas untuk daerah terpencil.
Jadi,
sebagai orang Jawa; dilarang mengeluh atas semua kondisi yang ada. Selama ini
mungkin sebagian dari kita ‘dimanjakan’ oleh berbagai fasilitas kehidupan yang
nyaman; bisa menikmati malam benderang, menonton televisi, memainkan tablet/ laptop/
ipad, dan memakai alat komunikasi sepuasnya. Jangan harap segala fasilitas
nyaman itu bisa ditemukan di luar pulau Jawa, khususnya di daerah-daerah
terpencil. Jaringan listrik dan internet masih terbatas dan hanya terpusat di
kota-kota besar Provinsi. Maka, pandai-pandailah bersyukur tatkala nikmat –nikmat
itu masih bisa dirasakan saat ini. Mengapa saya bisa berkata demikian? Karena saya
mendapatkan cerita dari teman yang saat ini masih mengabdi di pulau terpencil
di Kepulauan Maluku, tepatnya di Desa
Waya, Kabupaten Halmahera Selatan. Setiap kecamatan dibatasi selat-selat dan
harus menyeberangi satu pulau ke pulau lainnya.
Desa Waya, di Pulau Mandoli, bersebelahan dengan Pulau Bacan, Halmahera Selatan |
Alhamdulillah,
meskipun saya belum pernah menjelajah ke bagian timur Indonesia, tulisan saya
sudah terkirim sampai ke sana. Surat saya ditujukan kepada anak-anak Sekolah
Dasar di Desa Waya, tempat teman saya mengajar. Sudah lama tidak
berkorespodensi lalu tiba-tiba diminta untuk menulis surat kepada anak-anak
kecil (apalagi anak-anak usia SD) adalah suatu tantangan bagi saya. Bingung mau
nulis apa dan akhirnya surat pena itu berisi seputar daerah saya tinggal
sekarang (Semarang), kemudian perkenalan diri saya secara singkat, dan
pesan-pesan motivasi kepada mereka untuk selalu semangat belajar. Dalam menulis
pesan motivasi tersebut, saya tidak bisa berkerja sendirian. Saya membutuhkan bantuan dari teman-teman saya yang inspiratif dan bersemangat dalam meraih
impiannya.
surat penaku yang sudah sampai ke mereka ^_^ |
Terima
kasih sebesar-besarnya untuk Sensei Andy, Pak Boim Lebon, Mas Kun Geia, dan
Mbak Kurniati yang telah memberikan pesan motivasi kepada adik-adik di Desa
Waya. Alhamdulillah, profil beserta pesan motivasi kalian sudah tersampaikan
pada tanggal 26 Desember 2012 silam. ^_^ Selanjutnya, saya mendapatkan surat
balasan dari mereka pada tanggal 21 Januari 2013. Wah, rasanya ‘sesuatu’ sekali
bisa mendapatkan balasan surat dari adik-adik nan jauh di kepulauan Maluku ini.
Rupanya, mereka bersemangat menulis dan membalas surat pena yang belum pernah
diterima sebelumnya.
Ada
empat anak yang mengirim balasan. Mereka berada di kelas enam SD dan semua berjenis
kelamin perempuan. Tulisan mereka masih terbaca jelas, meski ada yang memakai
campuran bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Salah satu di antaranya ada yang
mengirimkan sebait puisi. Rupanya, anak-anak di sana memiliki kepekaan
lingkungan sangat tinggi. Mereka menyadari tentang akibat perbuatan manusia
yang tidak bertanggung jawab sehingga bencana banjir terjadi di mana-mana dan
mengancam keselamatan manusia itu sendiri. Berikut puisi dari Sindi : )
Puisi Bencana
Andai
saja manusia tidak lupa
menjalankan
kewajiban menjaga bumi ini
Tapi
terlambat sudah
Bencana
menghantui di mana-mana
Banjir
merendam rumah-rumah
Tanah
longsor menghancurkan perkampungan
Akankah
semua ini berhenti?
Akankah
manusia sadar akan apa yang telah dilakukan bumi ini?
Ku
ingin melihat bumi ini
Ku
ingin melihat bumi yang indah terhindar dari bencana.
Puisi
yang sederhana, tetapi sarat makna, bukan?
Dalam
surat tersebut, ada yang berani mengungkapkan impian/ cita-citanya. Ada yang
ingin menjadi guru dan hobi membaca seperti apa yang saya sukai. Mereka juga
tak sungkan dalam menjelaskan kebiasaan mereka sehari-hari. Mereka bercerita
apa adanya dan mengalir begitu saja. Mereka sangat senang bisa berkenalan jauh dengan
sahabat pena di luar Pulau. Yap, saya berharap dengan terjalinnya surat sahabat
pena ini, selain menambah jaringan persahabatan juga menjadikan mereka berani
menuangkan segala sesuatu di dalam tulisan. Semoga tercapai impian kalian,
adik-adik..
Ada
yang mau berkirim surat untuk mereka juga? Ditunggu surat penamu, Sobat ^^
An Maharani Bluepen
050213
salah satu pemandangan di Desa Waya |
Ini surat balasan dari anak-anak Semarang, mereka juga mendeskripsikan cita-cita-nya masing-masing :) |
jika dibandingkan dg daerah2 seperti itu, kepedulian masyarakat jawa terhadap lingkungan memang jauh di bawah...
kalo di jawa sini mah teknologi lebih dipedulikan daripada alam..
salut dgn semangat mereka, semoga kelak cita-cita mereka bs terwujud. membaca puisi itu hatiku jd terenyuh..
SEMANGATLAH ADIK2KU TERCINTA...
^_^
iyaa, betul itu, dek...
*kabar temenku, pesona pantai di Waya itu indah banget..
jadi pengen ke sanaa
Ayo, nuliss surat buat mereka, kak Wan.... ^_^
Alhamdulillah.. diposting di sini Islam.Pos :)
http://islampos.com/puisi-dari-waya-44011/