CATATAN HATI SEORANG MUSLIMAH


Bismillahirrahmanirrahiim.....
Terbangun dari alam mimpi, merenggangkan kembali bagian kepala yang sakit diperparah dengan tenggorokan yang penuh dengan lendir. Alhamdulillah, badan mulai fresh, saatnya melanjutkan aktivitas yang bermanfaat. Kali ini, An akan mengulas apa yang ditulis oleh Ibu Lizsa Anggraeny, penulis Forum Lingkar Pena yang berdomisili di Jepang. Dalam bukunya yang berjudul, “Menyemai CINTA di Negeri Sakura”, beliau memberikan catatan inspirasi yang luar biasa dalam benak hati. 
Saya adalah Ibu Rumah Tangga
Untuk rencana hari ini, dalam buku agenda tertulis; membuat purchase order, meeting supplier, and incoming inspection. Bukan. Saya bukan karyawati kantoran. Saya hanya seorang isteri dengan profesi Ibu rumah tangga. Rencana yang saya buat tersebut sesungguhnya adalah agenda biasa berupa jadwal harian rumah tangga. Saya ibaratkan membuat daftar belanja kebutuhan sehari-hari dengan membuat purchase order; acara pergi ke pasar, supermarket, atau toserba dengan meeting supplier; sedangkan incoming inspection adalah istilah rapi-rapi rumah. Semua saya lakukan dengan tujuan agar lebih semangat dan menambah variasi dalam menjalani pekerjaan rumah.

[seusai membaca paragraf ini, An menilai kekreativitas ibu Lizsa patut diancungi jempol]

IBU RUMAH TANGGA adalah profesi yang saya geluti semenjak berhenti kerja dari sebuah perusahaan. Saya menyebutnya sebagai profesi karena memang pekerjaan rumah tangga membutuhkan profesionalisme berupa keahlian, pengetahuan dan keterampilan. Sama dengan pekerjaan kantor lainnya. Jika di perusahaan saya hanya kebagian tugas mengurusi satu bagian yaitu general affair saja, ternyata di rumah tugas saya tidak hanya mentook di satu bagian. Di sini saya wajib berperan multiguna sebagai direktur, manajer, sekretaris sekaligus pekerja yang tidak hanya bisa memahami, tapi juga harus bisa menguasai semua bagian. Yap. Pada akhirnya semua pekerjaan itu harus dilaporkan ke presiden direktur yaitu suami serta ke komisaris tertinggi, yaitu Alloh SWT.

[Wah..wah...bahasa beliau mulai masuk ke relung hati, nii]

Pertama kali berhenti bekerja dan menjalani pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, sepertinya ada perasaan tidak betah dan malu untuk mengakui. Mengingat selama ini dalam benak saya telah terpatri pikiran bahwa menjadi wanita karir lebih baik dibandingkan ibu rumah tangga. Ternyata, setelah benar-benar terjun fulltime menjalani pekerjaan rumah tangga, pikiran saya berubah total. Pekerjaan yang semula saya anggap remeh ini ternyata tidak sederhana seperti dalam bayangan saat menjalaninya.

[Mulai memahami kemuliaan pekerjaan rumah tangga. Meskipun harus meniti karir, pekerjaan rumah tangga harus tetap diutamakan]

Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak hanya membutuhkan perangkat kasar berupa tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya yang diperlukan untuk mencuci, menyetrika, berbenah rumah. Tetapi dibutuhkan pula perangkat lunak berupa kelihaian sang otak dalam mengatur keuangan, mengolah makanan, meredam emosi yang ada serta beberapa perangkat lunak lainnya yang berhubungan dengan naluri keibuan berupa kelembutan, kesabaran untuk mengayomi rumah tangga.
Jika dalam perusahaan saya bisa mengambil cuti untuk beristirahat, tetapi tidak begitu dalam profesi ibu rumah tangga. Profesi ini merupakan komitmen saya. Tidak begitu saja ditingggalkan dengan alasan cuti, mengundurkan diri, atau meminta pensiun dini karena capek ataupun tidak cocok dengan pekerjaan. Disinilah karir saya ditempa, saya adalah fasilitator bagai berjalannya manajemen rumah tangga. Semua harus terus dijalani dengan ikhlas, dan ridha utnuk mendapatkan ‘gaji’ berupa pahala tak terhingga dari Alloh, serta bonus berupa surga jika patuh terhadap suami. Insya Alloh.

[Sungguh analogi yang cukup bijak...Saat memahami pekerjaan sebagai ibu rumah tangga...Sebuah komitmen yang harus dijaga suci. Tambahan beliau, pekerjaan rumah tangga tidak mematikan potensi seorang isteri. Justru dengan memilih profesi ini, seorang isteri memiliki waktu lebih fleksibel dalam mengembangkan potensi untuk meraih prestasi. Beliau memang hobi menulis, dan menuang berbagai prestasi serta mendapatkan amanah menjadi ketua FLP di Jepang, 2006-2008]

Mengapa Anda ingin Memiliki Anak?
[Apakah ini termasuk pertanyaan retoris? An menganggap pertanyaan yang disampaikan oleh Ibu Lizsa memiliki kandungan dasar yang cukup kuat ketika seseorang memasuki bahtera rumah tangga. Mungkin ada dari pembaca yang ingin menjelaskan alasannya sebelum saya ulas tulisan beliau? Hehe..^^..Namun pertanyaan ini juga bersifat sangat sensitif bagi keluarga yang belum diberi momongan. Saat itulah kesabaran dan keistiqomah perlu dijaga demi mencapai derajat yang mulia]

Melewati tahun pernikahan ke delapan, sudah tak terhitung lagi, berapa banyak pertanyaan tentang momongan yang dilemparkan kepada saya ataupun suami. Biasanya saya hanya bisa tersenyum kemudian berlalu dan tidak menanggapinya secara serius. Siapa yang tak ingin memiliki anak? Betapa saya ingin. Ingin sekali memiliki buah hati. Sampai suatu ketika, dokter terapi infertilitas di akhir pemeriksaan bertanya, “Mengapa Anda ingin memiliki anak? Ada beberapa pasangan yang berobat ke sini, setelah berhasil memiliki anak malah bercerai karena tidak tahu alasan kenapa ingin memiliki anak.” Sungguh, saya benar-benar tersentak dan tidak bisa menjawab secara spontan kenapa saya ingin memiliki anak. Saya mulai bertanya pada diri sendiri apa alasannya. Apakah keinginan ini keluar semata karena rasa egois seorang manusia yang ingin memiliki? Apakah keinginan ini mulai jenuh mendengar pertanyaan, ‘Kapan saya punya anak? atau apakah keinginan ini karena saya cemburu jika melihat teman-teman yang sudah memiki satu, dua, tiga..momongan? Apa sebenarnya tujuan saya memiliki keturunan?’ Jawaban saya semakin terbuka ketika membaca “Cara Nabi Mendidik Anak”, yang disusun oleh Ir. Muhammad Ibdnu Abdul.
Saya mencoba mengubah pola pemikiran, yang semula hanya berorientasi ingin memiliki anak, sedikit demi sedikit mulai membuka pandangan dengan tidak hanya sekadar ‘ingin’ tapi juga harus memiliki kesadaran untuk mempersiapkan diri agar dapat menjadi seorang ibu yang baik. Seorang ibu yang mengemban amanah berharga dari Alloh SWT berupa anak-anak serta dapat bertanggung jawab agar anak-anak menjadi abrar (orang-orang yang berbakti). ‘Mengapa Saya ingin memiliki anak?’ Sebagai seorang isteri, saya ingin dapat merasakan satu fase kehidupan yang disebut Ibu yang ingin membahagiakan suami dengan menghadirkan cahaya mata, penyejuk jiwa meskipun suami tidak pernah menuntut hal ini. Sebagai umat Rasulullah, saya ingin menggembirakan beliau dengan memperbanyak keturunan yang sholehah.

[Subhanallah...beliau menjalani suatu fase kesabaran dengan rasa optimisme yang sungguh luar biasa. Beliau percaya, bahwa hal inilah suatu skenario Alloh SWT yang patut dilalui tanpa dengan rasa putus asa berdoa dan berikhtiar. Dalam akhir tulisan, beliau mengutip doa Nabi Zakariyya saat memohon keturunan:

Rabbi hablimilladunka dzurriyatan thayyibah, innaka sami’uddua
Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau  seorang anak yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Pendengar Doa [QS Ali Imran: 38]

Rewritten by An Maharani Bluepen
210711-11:10-
Baca juga catatan bunda Liz di www.aishliz.multiply.com


Read Users' Comments (1)comments

1 Response to "CATATAN HATI SEORANG MUSLIMAH"

  1. Rahma, on 25 Maret 2013 pukul 15.55 said:

    keren..

    mau...mau...mau...

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver