O.T.W YOGYA [2]

Essay Satu Malam
Proses Metamorfosis

Taman bunga di teras rumahku tampak begitu elok dengan kehadiran kumpulan kupu-kupu. Rasa kagumku melambung tinggi seraya menengok perjalanan metamorfosis mereka yang sempurna. Meski diawali dengan telur lalu bentuk ulat yang buruk rupa, kupu-kupu itu mampu melewati setiap tahapan dengan kesabaran yang luar biasa. Sang ulat berdoa pelan dalam hatinya. Ia berharap ia bisa berubah menjadi fase pupa serta menemukan jati dirinya sesungguhnya, menjadi seekor kupu-kupu yang memberikan warna di alam sekitarnya. Dia yakin bahwa Tuhan-Nya akan selalu menolongnya saat dia belajar tentang kesabaran. Ya, dia sangat yakin akan janji Tuhan-Nya yang sangat manis.
Secuplik kisah kupu-kupu tersebut merupakan analogi yang bijak ketika seseorang berusaha mencari ridho Illahi melalui ikatan yang suci. Pernikahan adalah hubungan persahabatan antara seorang laki-laki dan perempuan yang diharapkan akan berlangsung seumur hidup. Proses pernikahan ada yang berlangsung cepat, namun ada pula yang membutuhkan waktu lama. Mempercepat proses pernikahan adalah lebih baik jika sudah merasa siap lahir batin, tetapi hendaknya tidak terjatuh pada sikap tergesa-gesa. Dari pernikahan tersebut akan membentuk sebuah keluarga yang merupakan unit terkecil dari suatu bangsa.
Pendidikan anak dimulai pada saat kita memilih calon pasangan. Dalam memilih calon pasangan, kita harus mempertimbangkan kesalihan sebagai faktor yang utama. Dibutuhkan kesabaran yang cukup untuk mencapai tahapan yang sempurna tanpa harus dilalui dengan hati yang terkontaminasi. Dimulai dengan niat yang suci, proses ta’aruf dalam koridor yang syar’i hingga ijab kabul tiba. Namun, syaithan kadang lihai menggoda manusia dari arah yang tak disangka-sangka. Keteguhan hati mulai pudar saat berada di ujung batas kesabaran. Maka, beruntunglah bagi orang-orang yang senantiasa menyucikan jiwanya. Qad aflaha man zakkaha. Wa qad khaba man dassaha (QS Asy Syams: 9-10). Ketika kesucian jiwa mulai terbentuk, maka niat menikah pun akan tertuju pada Sang Rabbi.  Kedua pasangan perlu melestarikan sikap kesabaran dalam mendidik buah hatinya, mulai dari buaian kandungan, proses melahirkan hingga usia anak mencapai dewasa. Dengan terbentuknya generasi rabbani yang berwawasan dan berakhlak mulia, dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.

Inspiring Sentence:
“Bukan kita yang memilih takdir. Takdirlah yang memilih kita. Bagaimanapun, takdir bagai angin bagi seorang pemanah. Kita harus mencoba, membidik dan melesatkannya di saat yang paling tepat.”
[Salahuddin Al Ayyubi]

Essay ditulis usai menonton film ‘The Kingdom of Heaven’
[140711-01.30-]

Read Users' Comments (0)

0 Response to "O.T.W YOGYA [2]"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver