Arti Hadir-Mu
Karena hujan yang cukup lebat, banjir melanda sebuah negeri. Semua penduduk lari mengungsi, kecuali seorang kiai. Dengan keyakinan yang tinggi, dia tetap berada di masjid. Padahal, banjir sudah mulai menggenanginya. Sebuah perahu penyelamat datang hendak mengevakuasi kiai itu, tetapi dengan tenang kiai itu berkata, ”Terima kasih, saya akan tetap bertahan di sini.”
Hujan semakin lebat, banjir semakin meninggi, dan datanglah perhau kedua hendak menolong Pak Kiai. Namun lagi-lagi Pak Kiai itu menolak, ”Terima kasih, saya percaya Alloh menolong saya.” Hujan tak jua berhenti, sehingga keadaan sudah sangat gawat. Namun sekali lagi, sang Kiai menolak ketika datang perahu ketiga. “Tuhan pasti menolong saya. Jadi, saya tetap di sini.”
Akhirnya, banjir itu menyapu masjid. Malangnya, nyawa sang Kiai tidak bisa terselamatkan. Di depan Tuhan, Kiai itu protes,”Ya Alloh, aku sangat beriman kepada-Mu, tetapi mengapa Engkau tidak menolongku dari banir?” Tuhan-pun keheranan dan bersabda, “Apa? Bukankah Aku sudah mengirimkan bala bantuan tiga perahu?”
***
Dapatkah kau mengambil ibroh dari kisah di atas, teman-teman? Kalau belum, saya tulis kisah selanjutnya...
Seorang pemuda sedang duduk di sebuah ruang tunggu. Rupanya dia berada dalam antrian panjang tes wawancara kerja. Wajahnya sangat pucat, kakinya sering digerak-gerakkan dan keringat dingin membasahi badannya. Sementara, di sampingnya duduk seorang pemuda yang berkepentingan sama. Namun wajahnya sangat tenang, senyum wajahnya melebar saat ia memperkenalkan dirinya.
“Hai kenalkan, saya Anton.” Lalu pemuda pertama menjawab, ”Saya Dimas. Wah, sepertinya kamu udah siap, nih. Wajahnya tenang banget,” puji Dimas.
“Hmm..Kenapa harus gelisah, Mas? Saya di sini sedang menunggu Tuhan,” jawabnya tanpa ragu.
“Lo? Maksudmu? Aku tidak mengerti. Apakah kau tahu bahwa sang interviewer sangat mudah sensitif dan cepat naik darah?” tanya Dimas.
“Iya, aku tahu. Namun aku tidak merasa cemas. Aku sedang menunggu Tuhan berkehendak apa terhadap diriku hari ini. Kalau Tuhan berkehendak sang interviewer tersenyum ramah, berkata lembut, dan menerimaku sebagai karyawan baru, tentulah aku sangat bersyukur. Namun kalau Tuhan menyuruh sang interviewer membentak aku, memakiku dan merendahkanku serta tidak menerimaku sebagai karyawan baru, maka aku tak boleh berputus asa. Aku harus menerimanya dengan ikhlas. Bukankah apa yang Dia kehendaki selalu baik bagi hamba-Nya?”
“Yap, kau benar, Ton. Okelah, aku juga akan bersikap tenang dan bersiap untuk qana’ah menerima takdir-Nya,” ungkap Dimas dengan suka cita.
***
Kata Pak Mustamir, “Tuhan tak hadir dalam bentuk yang tidak bisa dipahami manusia. Tuhan hadir dengan cara yang terbatas. Kewajiban kita adalah selalu merasakan kehadiran-Nya di balik segala peristiwa. Ada Tuhan di balik kenikmatan, kesusahan, keberhasilan maupun kegagalan.”
Saya merenungi dan membaca kisah yang dipaparkan Pak Mustamir dengan penuh penghayatan. Tuhan tak bisa dijangkau oleh panca indera namun kehadiran-Nya selalu bersemayam di dalam hati. Saat manusia percaya akan keberadaan-Nya, maka manusia akan senantiasa selalu terjaga dan selalu merasa ‘diawasi’. Kepasrahan diri seorang hamba akan pertolongan-Nya terbingkai dalam keyakinan bahwa badai pasti akan berlalu. Seorang manusia akan semakin kuat akibat masalah yang menimpanya. Dia akan selalu optimis bahwa Tuhan pasti memberikan jalan terbaik bagi hamba-Nya yang senantiasa bersabar dan menemukan solusi permasalahan dengan ikhtiar yang benar. Jangan terlalu mengharapkan pertolongan atau jalan keluar yang instan. Tanpa ikhtiar dan doa yang sungguh-sungguh maka apa yang kita harapkan akan menjadi sia-sia. Alloh, Tuhan Yang Maha Esa akan selalu ada di dalam hati seorang hamba yang tangguh dalam menghadapi sebuah problema. Yakinlah...
:D
Notes for my self # 2
An Maharani Bluepen
Sumber kisah inspiratif: Mustamir. 2008. Kaya tapi Miskin. Yogyakarta: Diva Press
0 Response to "Arti Hadir-Mu"
Posting Komentar
Thanks for reading
^________^