Praktikum IPU_Pemeriksaan Urin

PEMERIKSAAN URIN

Urin adalah bahan buangan tubuh yang berupa cairan yang dikeluarkan melalui sistem urogenital.  Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran urin tetapi juga mengenai fungsi berbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran empedu, kelenjar ludah perut (pankreas) dan lain-lain.
Banyaknya urin yang dikeluarkan pada orang dewasa yang bertubuh sehat selama 24 jam kira-kira 800 – 1500 ml.  Banyaknya urin yang dikeluarkan ginjal dalam 24 jam tergantung beberapa faktor misalnya:
-             Banyaknya air yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman.
-             Banyaknya air yang keluar dari butuh melalui keringat, udara pernafasan dan buang air besar.
Poliuria adalah keadaan dimana volume urin lebih banyak dari normal.  Ini terjadi karena banyak makanan mengandung protein, minum kopi, teh, coklat karena zat-zat ini bersifat diuretikum.  Dapat juga poliuria merupakan gejala diabetes.
Oliguria keadaan dimana urin kurang dari normal.  Milsanya pada keadaan kekurangan cairan/dehidrasi (diare) dan muntah-muntah.
Anuria adalah keadaan dimana tidak terdapat produksi urin karena kegagalan fungsi ginjal, keracunan Hg, keracunan asam jengkol dan penyakit gagal ginjal akut.
Dalam keadaan normal urin berwarna karena adanya pigmen urobilin.  Dalam keadaan tertentu warna urin dapat merupakan petunjuk adanya kelainan organ tubuh misalnya:
-             Urin berwarna merah (hematuri) karena adanya proses perdarahan di saluran kemih.
-             Urin berwarna kuning kecoklatan (ikterik) karena peradangan hati.
-             Urin berwarna putih susu (piurin) karena peradangan pada saluran kemih.
Urin yang normal jernih tidak mengandung endapan, lendir, pus, darah, garam dari asam fosfat, asam urat, asam oksalat dan zat lemak.
Berat jenis urin san gat erat hubungannya dengan jumlah urin yang dikeluarkan.  Makna banyak urin yang dikeluarkan makin kecil berat jenisnya dan sebaliknya makin sedikit urin yang dikeluarkan makin tinggi berat jenisnya.
Jenis spesimen urin :
-             Urin 24 jam yaitu urin yang ditampung dan dikumpulkan selama 24 jam antara jam 7 pagi sampai jam 7 pagi keesokan harinya.
-             Urin segar yaitu urin yang pengambilan sampai dilakukan pemeriksaan kurang dari 2 jam
-             Urin pagi yaitu urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari habis bangun tidur.
-             Urin sewaktu yaitu urin yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan (sewaktu-waktu)
Urin harus diperiksa selagi masih segar.  Jika urin disimpan mungkin terjadi perubahan susunan oleh karena kuman-kuman.  Oleh karena itu kalau urin terpaksa harus disimpan beberapa lama sebelum diperiksa pakailah sesuatu bahan pengawet untuk menghambat perubahan susunan.
Macam-macam bahan pengawet antara lain :
1.         Toluen
Pakailah sebanyak 2 – 5 ml untuk pengawet urin 24 jam, setiap kali penambahan urin dikocok.
2.         Thymol
Sebutir thymol sebagai pengawet mempunyai daya seperti toluen.
3.         Formaldehyde
Formalin khusus untuk dipakai pada pengawet sediment.  Pakailah sebanyak 1 – 2 ml formalin 40% untuk pengawet urin 24 jam.  Kelemahannya, jika jumlahnya terlalu besar mungkin dapat mengadakan reduksi pada tes Benedict.

PEMERIKSAAN URIN

Jenis pemeriksaan yang termasuk rutin :
1.         Jumlah urin
2.         Warna dan kejernihan urin
3.         Berat jenis
4.         Derajat keasaman
5.         Protein
6.         Reduksi
7.         Sediment

1.      JUMLAH URIN
Alat : Gelas ukur
Pelaksanaan :
Ukurlah volume urin 24 jam atau urin sewaktu (tidak perlu diukur dengan teliti, tetapi yang perlu diperhatikan ialah jumlah yang dikeluarkan).  Jumlah urin ditulis dalam cc/ml.


2.      WARNA DAN KEJERNIHAN
Alat : Tabung Reaksi
Pelaksanaan :
a.        Warna
Masukkan urin ke dalam tabung reaksi yang bersih sebanyak ¾ tabung.  Lihatlah dalam posisi miring di depan cahaya terang (matahari).  Warna urin dinyatakan dengan:
-             tidak berwarna
-             kuning muda
-             kuning
-             kuning tua
-             merah
-             putih seperti susu
-             dan lain-lain
Biasanya warna nomal berkisar antara kuning muda dan kuning tua.  Harus dipertimbangkan juga warna abnormal yang disebabkan oleh obat-obatan seperti vitamin B complex, obat pencahar dan lain-lain.
b.        Kejernihan
Isi tabung reaksi dengan urin sebanyak ¾ tabung.  Lihatlah dengan latar belakang hitam dengan cahaya terang (matahari).  Hasil dinyatakan dengan kata:
-          jernih
-          agak keruh
-          keruh
-          sangat keruh / keruh sekali

3.      BERAT JENIS
Alat :
1.      Urinometer
2.      Gelas ukur
3.      Termometer
4.      Tabung reaksi

Pelaksanaan:
1.       Baca dan catatlah suhu tera urinometer.  Baca dan catat suhu kamar urin.
2.       Tuanglah urin dengan suhu kamar ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml.
3.       Masukkan urinometer ke dalam gelas ukur berisi urin tersebut.  Usahakan urinometer bebas terapung.
4.       Putarlah tangkai urinometer dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk dan dijaga agar tidak menempel pada gelas ukur.  Bacalah berat jenis setinggi miniskus bawah sampai 3 angka di belakang koma.

Perhitungan :
Jika suhu tera pada urinometer berbeda dengan suhu kamar (suhu urin) harus dilakukan koreksi pembacaan urinometer.  Untuk setiap perbedaan suhu 30C (suhu kamar) di atas suhu tera, maka berat jenis ditambah 1 (maksudnya 0,001) dan dikurangi 1 setiap perbedaan di bawah suhu tera.  Urinometer yang dipakai hendaknya yang ditera pada suhu antara 270C dan 320C.  Berat jenis orang normal berkisar antara 1,005 – 1,028 biasa ditulis 1005 – 1028 tanpa koma.
Jika jumlah urin terlalu sedikit sedangkan penetapan berat jenis harus dilaksanakan maka encerkanlah urin sama banyak dengan aquades dan untuk mendapatkan hasil berat jenis yang sebenarnya kedua angka terakhir dari pembacaan harus dikalikan dua pula.

4.      DERAJAT KEASAMAN
Alat :
1.      Pinset
2.      Kertas lakmus merah
3.      Kertas lakmus biru

Pelaksanaan:
Celupkan kertas lakmus merah dan biru dengan memakai pinset ke dalam urin.  Lihat hasilnya.  Reaksi urin dinyatakan :
Reaksi urin asam jika lakmus biru jadi merah
Reaksi urin basa jika lakmus merah jadi biru
Reaksi urin netral jika lakmus biru tetap biru dan lakmus merah tetap merah.

5.      PROTEIN
Cara untuk menyatakan adanya protein dalam urin berdasarkan pada timbulnya kekeruhan.  Tebal tipisnya kekeruhan menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada dalam urin, maka penggunaan urin yang jernih merupakan syarat penting pada tes-tes terhadap protein.
a.        Dengan asam sulfosalisilat
Alat :
1.         Tabung Reaksi
2.         Pipet Pasteur
3.         Rak tabung
4.         Lampu spiritus
5.         Tube holder

Reagen :
Asam sulfosalisiliat 20%

Pelaksanaan :
1.      Siapkan 2 tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan urin jernih sebanyak 2 ml.
2.      Pada tabung yang satu tambahkan 8 tetes larutan asam sulfosalisilat 20%, kocok.
3.      Bandingkan isi tabung pertama dan kedua, kalau tetap sama jernih, tes terhadap protein hasilnya negatif.
4.      Jika tabung pertama lebih keruh dari pada yang kedua, panaskanlah tabung pertama itu di atas nyala api spiritus sampai mendidih dan kemudian dinginkan lagi dengan air mengalir.
a.     Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan dan tetap ada setelah didinginkan tes terhadap protein positif.  Proteinnya mungkin albumin mungkin globulin atau mungkin kedua-duanya.
b.     Jika kekeruhan itu hilang pada waktu pemanasan tetapi muncul lagi setelah didinginkan sebabnya protein Bence Jones dan perlu diselidiki lebih lanjut.
Tes ini terlalu peka dan tidak spesifik.

b.        Cara pemanasan menurut Bang
Alat :
1.      Tabung reaksi
2.      Lampu spiritus
3.      Pipet Pasteur
4.      Tube holder

Reagen :
Asam acetat 6 %

Pelaksanaan :
1.          Masukkan urin jernih dalam 2 tabung reaksi masing-masing 5 ml.
2.          Tabung pertama panasi sampai mendidih, bila terjadi kekeruhan mungkin disebabkan oleh protein atau oleh Ca-Fosfat atau Ca-Carbonat.
3.          Tetesi 2 – 3 tetes dengan asam aceta 6%, jika kekeruhan oleh Ca-Fosfat kekeruhan tersebut akan lenyap, kalau kekeruhan oleh Ca-Carbonat akan lenyap juga tetapi dengan pembentukan gas.  Kalau kekeruhan tetap ada atau lebih keruh disebabkan oleh protein.

Penilaian :
-          Negatif                                   :     tidak ada kekeruhan sedikitpun.
-          Positif +             atau 1+        :     ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir, kadar protein kira-kira 0,01 – 0,05%
-          Positif ++          atau 2+        :     kekeruhan mudah dapat dilihat dan nampak butir-butir dalam kekeruhan itu (kadar protein 0,05 – 0,2%)
-          Positif +++        atau 3+        :     urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping (0,2 – 0,5%)
-          Positif ++++     atau 4+        :     urin sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping besar atau bergumpal-gumpal atau memadat (0,5%)
Jika terdapatlebih dari 3% protein akan terjadi bekuan.

6.      REDUKSI
Diantara bermacam-macam reagen yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi, yang banyak dipergunakan yang mengandung garam cupri.  Dalam hal ini dianjurkan memakai reagen Benedict.

Alat:
1.            Tabung reaksi
2.            Lampu spiritus
3.            Pipet Pasteur/Pipet tetes
4.            Pipet takar/telas takar 5 ml/10 ml
5.            Rak tabung
6.            Tripod iron
7.            Kasa asbes
8.            Gelas kimia/penangas air

Reagen:
Benedict
CuSO4                                            17,3 gram
Na-Citrat                                        173 gram
Na-Carbonat anhydrat            100 gram
Aquades                                       1000 ml

Pelaksanaan:
1.         Masukkan 2,5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi (atau 5 ml)
2.         Tetesi dengan urin 3 – 4 tetes (kalau memakai 5 ml reagen 5 – 8 tetes).
3.         Masukkan dalam air mendidih 5 menit atau panaskan di atas api spiritus mendidih 2 menit.
4.         Angkat tabung, kocok dan baca hasilnya.

Penilaian:
-             Negatif                                               :    tetap biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh
-             Positif +                       atau 1+         :    hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5 – 1 % glukosa)
-             Positif ++                     atau 2+         :    kuning keruh (1 – 1,5 % glukosa)
-             Positif +++                  atau 3+         :    warna lumpur merah keruh ( 2 – 3,5 % glukosa)
-             Positif ++++                atau 4+         :    merah keruh seperti batu merah (lebih dari 3,5 % glukosa)


7.      SEDIMENT
Urin yang dipakai urin segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet sebaiknya formalin.

Alat:
1.         Centrifuge
2.         Tabung pemusing (tabung centrifuge)
3.         Pipet pasteur
4.         Kaca sediaan
5.         Kaca penutup (cover glass)
6.         Mikroskop
7.         Hand tally counter

Pelaksanaan:
1.         Kocok urin dalam tempat penampungannya agar bila ada sediment tercampur rata.
2.         Masukkan urin 5 ml atau 10 ml ke dalam tabung centrifuge, pusingkan selama 5 menit 1500 – 2000 rpm.
3.         Pindahkan cairan bagian atas dari tabung ke tabung reaksi lain dengan jalan dituang atau memakai pipet pasteur, hingga volume cairan dan sediment kira-kira 0,5 ml atau 1 ml.  Kocoklah tabung untuk mencampur kembali sediment.
4.         Dengan pipet pasteur taruhlah 1 tetes sediment di atas kaca sediaan yang bersih dan kering.  Tutup dengan kaca penutup.
5.         Periksa di bawah mikroskop.  Mula-mula dengan perbesaran obyektif 10 X (LPK lapangan penglihatan kecil) kemudian dengan perbesaran obyektif 40X (LPB lapangan penglihatan besar).
Amatilah beberapa lapangan penglihatan (1 – 10 lapangan). 
Jumlah unsur sediment yang nampak dilaporkan secara semi kuantitatif yaitu jumlah rata-rata per LPB.  Jumlah sel epitel dan silinder dilaporkan rata-rata per LPK.
Jumlah sel epitel dan silinder dilaporkan rata-rata per LPK.
Jumlah rata-rata lekosit dan eritrosit dilaporkan per LPB.
Untuk kristal cukup diberikan tanda atau perkataan + (ada), ++ (banyak), +++ (banyak sekali).
Dengan LPK ini dapat dilihat :
=  Epitel saluran kemih
-             Epitel gepeng           :    bentuk terbesar, berinti satu.  Berasal dari  saluran kemih yang paling jauh dari ginjal.
-             Epitel transisional     :    berasal dari permukaan kandung kemih.
-             Epitel bulat                :    berasal dari pelvis ginjal dan tubulus ginjal.

Sel epitel selalu ada dalam keadaan normal.  Bertambahnya sel epitel mungkin adanya suatu radang pada permukaan selaput lendir sistem saluran kemih / alat kelamin.
=  Silinder
-             Silinder hialin             :    tampak transparan, tidak berarti klinis.
-             Silinder epitel             :    Silinder tampak lebih pendek dari pada silinder hialin, tepinya dibatasi oleh inti sel epitel.  Biasanya akibat pada peradagan akut di dalam ginjal.
-             Silinder granular       :    Silinder ini merupakan kelanjutan dari silinder epitel yang sel-selnya mengalami degenerasi, kemudian eritrosit dan lekosit menambah isi silinder.  Dijumpai pada kasus penyakit ginjal kronis.
-             Silinder eritrosit          :    Khas karena warnanya mengandung pigmen heme, kadang-kadang mengandung eritrosit yang utuh.  Dijumpai pada kasus glomerulonefritis akut.
-             Silinder lekosit            :    Terjadi akibat konglomerasi lekosit dalam ureter atau kandung kemih akibat peradangan saluran kemih.
-             Silinder lilin                  :    Silinder ini tidak terbentuk dari zat lilin, berwarna kekuning-kuningan, terbentuknya tidak teratur, terdapat pada proses-proses kronis.
-             Silinder palsu             :    Bentuknya tidak teratur, terdiri dari konglomerasi eritrosit, lekosit, epitel, fibrin atau bakteri yang tersusun seperti silinder.

=  Kristal
Kristal dijumpai dalam berbagai bentuk dan ukuran.  Keberadaannya tidak berarti klinis, terbentuk karena pengendapan garam-garam yang diekskresikan bersama urin.  Pembentukannya bertambah dengan meningkatnya konsentrasi urin, keasaman dan temperatur.
Kristal-kristal yang sering dijumpai:
Triple fosfat (magnesium ammonium fosfat) : terdapat pada urin yang alkalis, bentuknya seperti prisma dan bentuk bintang.
Calsium oksalat               :    terutama terdapat pada urin asam tapi dapat juga dijumpai pada urin netral atau alkalis.  Bentuk oktahedral dengan garis diagonal dari kedua sisinya.
Calsium fosfat                  :    berbentuk amorf, granular atau kristalin.

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Praktikum IPU_Pemeriksaan Urin"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver