Resensi Buku “How to be a Smart Writer”
Penulis :
Afifah Afra (Yeni Mulati)
Penerbit :
Indiva Media Kreasi
Tahun :
2007
Komposisi :
233 hlm; 20,5 cm
Harga :
Rp 22.500,00
Pengen jadi penulis beken seperti Asma Nadia,
Helvy Tiana Rosa, Kang Abik, Bang Fuadi, Andrea Hirata atau Afifah Afra?
Semuanya membutuhkan proses yang tidak instan. Menjadi penulis berarti memasuki
kerajaan imajinasi. Begitu banyak keajaiban yang membentang di depan mata.
Hasil karya tulisan bisa menjadi jejak sejarah kehidupan yang tak akan usang
dilekang zaman. Apalagi jika hasil tulisan itu dikembangkan menjadi sebuah
cerita pendek (cerpen) atau cerita panjang (novel) lalu di publikasikan ke
khalayak umum. Betapa bermanfaatnya ilmu atau hikmah dari hasil karya tulisan
kita.
Buku “How to be a Smart Writer” merupakan
buah tangan dari penulis Indonesia yang tentu sudah kita kenal lewat
karya-karya beliau yang super. Afifah Afra, nama pena beliau yang kita kenal
lewat novel “Bulan Mati di Javashe Orange”, serial “Ilalang”, “Seroja”, “Marabunta”, dan deretan kisah fiksi Islami lainnya. Yap. Sebagai almamater di Universitas
yang sama, Saya merasa bangga atas karya-karya beliau yang menggugah.
Inspiratif dan sarat akan nilai dakwah.
Dalam buku ini, Anda akan mengetahui sepuluh
alasan mengapa Afifah Afra menulis, bagaimana menulis cerpen, novel, artikel,
dan mempublikasikan karya hingga membuat penerbitan sendiri. Dari segudang ilmu
dunia menulis yang beliau miliki selama kurang lebih 26 tahun itu dibalut dalam
ketebalan buku 233 halaman. Jika Anda kurang pede dalam memunculkan seribu ide
dalam menulis, maka buku ini menjadi solusi yang inspiratif.
“Untuk menjadi penulis yang profesional, kita
harus memiliki beberapa kebiasaan yang akan menunjang profesi kita. Beberapa
kebiasaan yang bisa dilatih antara lain: melatih kreativitas, banyak membaca,
rajin menulis diary (catatan harian), berkorespodensi, senang berdiskusi,
melihat lebih dekat, akrab dengan bahasa, dan menikmati hidup ini,” ungkap
beliau dalam mengembangkan kebiasaan menulis.
Di bab lain, Anda akan memahami perbedaan
antara pembuatan cerpen, novel, serta artikel. “Pelit-pelitlah memilih sebuah
kata (diksi) dalam menulis cerpen. Ibarat seorang ibu yang jeli memilih
menantu, atau seorang lelaki yang ingin meminang seorang gadis untuk dijadikan
pendamping hidupnya,” kata beliau. So, cerpen memiliki ruang yang lebih padat
daripada novel. Di sini seorang penulis juga perlu memperhatikan unsur-unsur
pembangun baik cerpen maupun novel. Persamaannya, cerpen dan novel bisa
bersifat fiksi atau non-fiksi. Berbeda dengan artikel, di dalam sebuah artikel
perlu menyanyikan fakta atau data-data yang mendukung tulisan.
Di bagian akhir buku, Afifah Afra menguraikan
bagaimana mempublikasikan karya tulisan. Ada beberapa metode, antara lain
mempublikasikan sendiri, mengirim ke media, serta menerbitkan buku. Penulis
yang berkecimpung dalam dunia jurnalistik dan LSM sosial ini, juga mengeluarkan
kiat-kiat bagaimana menerbitkan buku sendiri (self publishing). Hal ini bisa Anda ketahui dari penerbitan yang
beliau rintis bersama suami tercinta dengan nama Afra Publishing, Indiva Media
Kreasi. Untuk website beliau bisa diklik di sini (www.afrapublishing.blogspot.com/
).
Masih ragu untuk menulis dan mempublikasikannya?
Buku ini sangat cocok sebagai panduan praktis bagi penulis pemula yang ingin
produktif mengasah kemampuannya.
An Maharani Bluepen
060412
“Qayyidul ilma bil kitaabah..” (ikatlah ilmu
dengan menuliskannya) ::Hasan Al Banna::
Banyak orang yang pandai menerbangkan layang-layang namun tidak banyak orang yang bisa menuliskan bagaimana cara menerbitkan layang-layang.
hehe..ibarat sebuah tulisan,ya, dek..yap..mulai dibiasakan saja kalo begitu :)