Kisah Mutiara

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Doc. An
Hallo, aku Mutiara. Lahir dari gumpalan pasir yang mungkin dikira tak berharga, namun menjadi berharga dan indah karena hasil kesabaran dalam menahan perihnya. Kesabaran yang bernama nacre itu jika terbalut dengan sempurna membuat aku indah mempesona, begitu kata orang-orang. Semakin aku sabar, semakin indah yang ada.

Aku tinggal di dasar laut yang dalam. Jauh di sana. Di sebuah tempat yang hampir tak mungkin terjamah sama manusia. Aku sendiri saja di dalam kerang. Begitulah takdir yang sudah ditetapkan, bahwa sebuah mutiara tak boleh keluar sebelum waktunya dan hanya akan ada satu orang yang akan berhasil membawaku keluar dari kerang tanpa saling melukai, dia adalah penyelam paling sabar dan baik hati. Yah, tiap mutiara akan dimiliki oleh satu penyelamnya masing-masing. Begitu kata Tuhan. Tapi permasalahannya adalah aku tak pernah tahu seperti apa orang yang sudah ditakdirkan memilikiku itu. Aku juga tak pernah tahu kapan waktunya dia datang.
Terkadang aku merasa bosan sekali dikurung sekian lama di dalam kerang. Sesekali kerang aku buka dan aku lihat betapa indahnya dasar laut. Jika beruntung aku akan berkenalan dengan ikan-ikan yang lewat kemudian kami bercerita banyak lalu berteman baik. Sayang, ikan pun harus kembali pulang kerumahnya, dia tak bisa terus menerus bersamaku, maka disaat seperti itu, aku tutup kembali kerang dan berdua saja lagi bersama kesabaran.

Diameterku semakin besar, balutan nacre semakin tebal dari waktu ke waktu.

Suatu hari, aku benar-benar merasa kesepian. Laut indah sekali, tapi aku ingin melihat seperti apa terang dan hangatnya Matahari. Bagi kami, para mutiara, untuk bisa melihat matahari hanya boleh dengan dimiliki terlebih dahulu oleh penyelam yang sabar dan baik hati. Dialah yang akan membawa kami ke atas laut dan merasakan hangat mentari. Melihat indahnya sisi lain dunia dengan sekaigus terus dijaga sebaik-baiknya.Tapi, bagi seorang mutiara, kesabaran mutlak dibutuhkan jika ingin tetap indah saat dibawa.
Hidup sendiri di dalam kerang memang sungguh membosankan. Maka aku bersyukur sekali saat Tuhan kirim ikan-ikan yang baik yang mengetuk rumah kerangku dan mengajak bercerita. Ikan sering bercerita tentang banyak hal, termasuk tentang seperti apa para penyelam dan seperti apa matahari.

Suatu kali, aku melakukan kesalahan. Aku berpikir bahwa segera kesana, ke atas laut, akan membuat aku bahagia. Seorang penyelam hadir. Aku rasa dia adalah penyelamku, bukan penyelam untuk mutiara lainnya. Dia mengetuk-ngetuk pintu kerangku beberapa kali. Aku mengintipnya. Ah, aku ragu-ragu apa benar dia orangnya? Kerang tidak aku buka, aku takut salah. Aku khawatir jika ternyata aku bukan mutiara yang dia cari. Bagaimana jika setelah melihatku nanti kemudian dia pergi. Tapi aku sudah semakin rindu dengan matahari.

Aku putuskan untuk membuka pintu kerangku. Sang penyelam mengangkatku dengan tangan kanannya. Ada senyum di wajahnya saat melihatku. Entah kenapa hari itu aku bahagia sekali. Ah, aku rasa benar, dia penyelamku. Penyelam yang Tuhan takdirkan untuk memiliki aku dan akan membawaku ke dunia baru. Aku malu-malu melihatkan cemerlang warnaku padanya, alasannya agar dia suka, dia tidak ragu memilihku untuk menjadi miliknya. Benar saja, aku dibawanya.

Tapi ternyata sang penyelam tidak segera ke atas laut. Hei, bukankah setiap penyelam hanya boleh membawa satu mutiara tiap kali masa penyelaman? Bahkan buat yang mampu diizinkan sebanyak empat kali masa penyelaman. Tapi kenapa sekarang aku malah diajak jalan-jalan di dalam laut. Aku lihat dia mulai menatap kerang-kerang mutiara yang lain. Kerang itu diketuknya. Dan terbuka! Di dalamnya ada mutiara yang juga sama sepertiku, indah. Tapi mungkin dia lebih besar dan mengkilap. Aku seketika menjadi khawatir, berharap penyelam tidak mengambilnya dan meninggalkan aku sendiri disini.

Apa yang aku khawatirkan terjadi. Aku terjatuh dari tangannya. Ah rasanya hentakan itu sakit sekali. Ada beberapa baret di tubuhkan. Sang penyelam kemudian mengambil mutiara baru itu dan membawanya pergi, entah kemana aku tak tahu. Apakah mutiara itu juga di bawa berkeliling dasar laut atau langsung menuju hangat matahari.

Ah, aku menangis sendiri di sana, di luar kerang, di atas dasar laut. Aku harus kembali ke dalam kerang. Aku tak tahu bagaimana caranya. Tiap kali aku berusaha maka tiap kali itu pula baret melukai tubuhku dan aku menangis. Alhamdulillah, para ikan yang menjadi sahabatku berbaik hati membantu. Mereka mengangkatku bersama-sama, kembali ke dalam kerang.

“Aku ingin sendiri dulu”, kataku pada para ikan yang kemudian pulang setelah menghibur. Aku tutup rapat kerangku dan sekali lagi aku membutuhkan nacre kesabaran untuk mengobati baret yang ada. Berharap baret itu tertutup, berharap aku kembali mengkilap indah.

Aku tak mau lagi tergesa-gesa ingin menatap matahari. Aku tak mau lagi begitu mudah membuka kerang saat ada penyelam yang mengetuk kerangku. Aku ingin bisa bertanya terlebih dulu, jika memang ingin memilikiku, sudah seberapa jauh kamu berjuang sampai ke dasar laut paling dalam ini? Jika aku buka kerangku, dan kau lihat aku, maukah untuk tidak menukarku dengan mutiara lain yang lebih indah? Maukah untuk segera membawaku ke atas laut dan mengizinkan aku melihat sisi indah dunia yang lain bersamamu? Merasakan kehangatan matahari?

Maukah kau menjadikan aku satu-satunya mutiara yang paling indah bagimu selamanya?
by Sari Ai (link)
**
So sweet kisahnya... t-t

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Kisah Mutiara"

Posting Komentar

Thanks for reading
^________^

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver